Monday 8 June 2015

Mengungkap Perjalanan Ekonomi Negeri Piramida (Part III)


(Aktivitas gejolak politik yang berlarut menjadikan perekonomian terjebak krisis yang lebih jauh)

KEBIJAKSANAAN PEMERINTAH

Dalam penyelenggaraan suatu negara pasti akan sering terjadi berbagai permasalahan, baik masalah politik, ekonomi maupun sosial. Pemerintah merupakan pemegang tanggungjawab penuh pada kehidupan rakyatnya dan dituntut supaya mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut. Oleh karena itu, pemerintah akan membuat kebijaksanaan pemerintah atau yang disebut dengan kebijakan publik. Kebijakan publik itu sendiri adalah sejumlah aktivitas pemerintah untuk memecahkan masalah di masyarakat, baik secara langsung maupun melalui lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat (Woll, 1996).




Dalam sejarahnya, Republik Arab Mesir pernah mengalami gejolak pergantian sistem pemerintahan, mulai dari sistem monarki kemudian menjadi sistem republik. Hal ini tentu berdampak kepada sistem ekonominya, mengingat kebijaksanaan pemerintah negara Mesir dibuat oleh para pimpinan negara mulai dari raja dan presiden, tentunya memiliki arah kebijaksaan pemerintah masing-masing. Disamping itu, politik dan militer di Mesir sangat berimplikasi pada perkembangan ekonomi Mesir. Adapun kebijaksanaan ekonomi pemerintah Mesir yang digolongkan berdasarkan periode pemerintahan, adalah sebagai berikut :

Kerajaan Mesir (1922-1953)
Kepala Negara : Raja Fu’ad I 1922-1936, Farouk 1936-1952,
Kebijakan pemerintahan pada masa ini menekankan pada kerjasama bilateral Inggris-Mesir yang justru mengakibatkan ketimpangan sosial bagi rakyat Mesir sendiri. Pemerintah lebih pro terhadap pemerintahan Inggris dan membiarkan Inggris tetap melakukan kolonialisasinya di Mesir. Kebijakan tersebut menyebabkan terjadinya kemerosotan ekonomi Mesir, dibuktikan dengan krisis pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, harga jual kapas menurun, banyaknya pengangguran tenaga kerja produktif dan meningkatnya kriminalitas. Tahun 1922, perolehan GDP Mesir sebesar LE 12,71 dan tahun 1945 GDP Mesir sebesar LE 7,54. 1

Republik Mesir (1953-1958)
Kepala Negara: Muhammad Naguib 1953-1954, Gamal Abdel Nasser 1954-1958
Kebijakan pemerintah pada masa ini lebih mengutamakan pembenahan undang-undang dasar negara yang semula monarki menjadi republik untuk mengatasi masalah-masalah politik, sosial, maupun ekonomi Mesir. Kebijakan pemerintah dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi diwujudkan melalui program pertanian dan perindustrian, sedangkan untuk membentuk keseimbangan ekonomi dilakukan dengan mengurangi impor, membatasi peredaran uang dan memotong pengeluaran pemerintah, sehingga anggaran negara yang sebelumnya defisit LE. 150,7 menjadi surplus LE. 6,7.2
Secara umum kebijakan ekonomi pada masa ini telah berhasil mengubah struktur sosial rakyat Mesir, tetapi kinerja birokrasi yang kurang efektif dan efisien serta korupsi yang masih ada di lembaga pemerintah mengakibatkan pemerataan kesejahteraan dan penegakan hukum masih sulit diterapkan.

Republik Persatuan Arab  (1958-1971)
Kepala Negara: Gamal Abdel Nasser 1958-1970, Anwar El Sadat 1970-1981
Pemerintah membuat kebijakan reformasi ekonomi dengan mengakhiri dominasi ekonomi Mesir oleh sektor publik dan mendorong investasi  baik domestik maupun asing dalam sektor swasta, sebuah kebijakan yang dijuluki dengan nama "infitah". Namun hasil dari kebijakan ini justru membuat kemerosotan ekonomi yang cukup tajam, dibuktikan dengan harga bahan pokok yang melambung tinggi, rakyat yang masih bergantung pada minyak, sektor wisata, bea Terusan Suez dan kiriman uang para pekerja dari luar negeri.3

Republik Arab Mesir (1971 – 2011)
Kepala Negara: Sufi Abu Taleb 1981, Hosni Mubarak 1981-2011 
Kebijakan pemerintah yaitu melakukan reformasi ekonomi dengan mengubah sistem ekonomi terpusat menjadi terbuka. Kemudian berimplikasi pada bertambah investasi dari sektor swasta, tahun 1983 total investasi asing  LE  1,025 juta, pada tahun 1990 mencapai LE 10,700. Hasil reformasi ekonomi yang positif telah berjalan selama tujuh tahun antara lain; meningkatnya angka  pertumbuhan ekonomi nasional tahun 1991 sebesar 3,6% sedangkan tahun 1998 menjadi 5,1%, angka kemiskinan menurun dari tahun 1991 sebesar 10,9% pada tahun 1998 menjadi 7,4%, selain itu inflasi tahun 1991 sebesar 20% dipangkas pada tahun 1998 menjadi 8,4%.

Pada 2004, pemerintah ingin melakukan reformasi ekonomi agresif guna menarik investasi asing dan memfasilitasi pertumbuhan GDP, namum tertunda akibat ekonomi global yang memburuk. Namun ekonomi Mesir pada awal abad ke2 terus mengalami kemerosotan, pada tahun 2005 pendapatan per kapita sebesar US$ 4.072 dan pada tahun 2010 sebesar US$ 2.070. Pada 2010, kembali pemerintah ingin melakukan reformasi ekonomi untuk menarik investor sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan memperbaiki kondisi ekonomi, namun belum sempat terealisasi sudah terjadi pergolakan politik yang meminta kepala negara Hosni Mubarak turun dari jabatannya.

Republik Arab Mesir (2012 – sekarang)
Mohamed Moersi 2012-2013, Adli Masur 2013-2014, Abdul Fattah 2014-sekarang
Kebijakan Pemerintah pada masa kabinet Moersi yaitu; mengurangi impor gandum guna mengoptimalkan anggaran negara untuk subsidi pertanian agar kebutuhan pokok terpenuhi;  membebaskan hutang produktif 40.000 petani marjinal mereka bisa bernafas lega dan memulai hidup baru. Namun ada beberapan kebijakan yang dianggap sebagai kesalahan yaitu; pemerintah menerima pinjaman IMF sebesar $ 4,8 milyar untuk memperkuat cadangan devisa, mendapat bantuan Qatar senilai $ 8 milyar dan pinjaman lunak dari Turki sebesar $ 2 milyar,  perjanjian investasi senilai $4,9 milyar dengan China. Kebijakan merevitalisasi Terusan Suez, sehingga dalam satu tahun ditargetkan meningkatkan devisa hingga $100 milyar dari semula hanya $5,6 milyar mengakibatkan ekonomi Uni Emirat dan Kuwait yang bersandar pada pelabuhan internasional tertekan. Kondisi tersebut lambat laun mengancam investasi asing, pariwisata, dan kesempatan untuk menerima bantuan dari IMF.

Selanjutnya kerangka kebijakan makroekonomi dan struktur program reformasi berdiri pada tiga prinsip dasar, yaitu; Pertama, kebijakan ekonomi makro yang bijak akan maju bersama proyek-proyek pembangunan jangka panjang dengan intensitas tenaga kerja yang tinggi dan upaya konkrit untuk meningkatkan kualitas dan aksesibilitas layanan publik. Kedua, model pertumbuhan akan didasarkan pada kemitraan yang konstruktif antara pemerintah dan sektor swasta. Pemerintah berkomitmen untuk mengejar kerangka kebijakan ekonomi makro yang bijak, mereformasi aparat hukumnya, dan investasi dalam infrastruktur dasar untuk menciptakan lingkungan bisnis yang stabil dan dapat diprediksi, sementara sektor swasta semakin diberdayakan dan didorong untuk melanjutkan perannya dalam pertumbuhan ekonomi. Ketiga, pendekatan akan keseimbangan antara konsolidasi fiskal dan tujuan keadilan sosial. Pemerintah akan menjamin pertumbuhan yang inklusif serta berkelanjutan, dengan penghematan yang dihasilkan oleh langkah-langkah penghematan yang sebagian didistribusikan untuk mendanai program-program perlindungan sosial dan untuk berinvestasi dalam melimpah dan sumber daya manusia muda Mesir.

Kebijaksanaan Moneter

Kebijaksanaan Moneter adalah sekumpulan tindakan pemerintah di dalam mengatur perekonomian melalui peredaran uang dan suku bunga. Kebijaksanaan ini dijalankan oleh pemerintah Mesir melalui lembaga keuangan yaitu Cental Bank of Egypt (CBE). CBE adalah badan pengawas otonom, yang dibentuk atas dasar Undang-Undang Nomor 88 tahun 2003 dan Keputusan Presiden Nomor 65 tahun 2004.

Tujuan utama dan fungsi CBE adalah sebagai berikut:
·         Menyadari stabilitas harga dan memastikan kesehatan sistem perbankan.
·         Merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter, kebijakan kredit & perbankan.
·         Penerbitan uang kertas dan menentukan denominasi dan spesifikasi mereka.
·         Mengawasi sektor perbankan.
·         Mengelola cadangan devisa mata uang asing.
·         Mengatur fungsi pasar valuta asing.
·         Mengawasi sistem pembayaran nasional.
·         Pencatatan dan menindaklanjuti utang luar Mesir (publik dan swasta).

CBE sedang melakukan kebijakan moneter yang independen yang bertujuan untuk mencapai stabilitas harga sementara mendukung pertumbuhan dan lapangan kerja. Pada saat yang sama, CBE terus memonitor dan mengatur sistem perbankan untuk memastikan kesehatan dan ketahanan dalam menghadapi berbagai guncangan domestik dan internasional. Selama empat tahun sebelumnya, CBE mempertahankan kebijakan moneter yang berusaha untuk merangsang ekonomi di tengah-tengah investasi kendur dan pertumbuhan, tanpa membahayakan stabilitas harga.

Kebijakan moneter berhasil membantu menjaga stabilitas harga dan ekonomi Mesir selama gejolak ekonomi baru-baru ini. Kebijakan moneter berusaha secara bertahap mengendalikan mengurangi inflasi terhadap target CBE sebesar 6-8% dalam jangka menengah untuk meningkatkan pendapatan riil dan meningkatkan daya saing eksternal.  Disamping itu, CBE juga mempertahankan pasar valuta asing aktif dan teratur mencerminkan pasokan dan permintaan, sehingga memudahkan kembalinya aliran modal masuk dan mengurangi tekanan pada cadangan devisa.

Pada bulan Juli 2014, CBE menaikkan suku kebijakan pada 100 basis poin. Namun, pada bulan Januari 2015, Komite Kebijakan Moneter (MPC) memutuskan untuk menurunkan suku kebijakan sebesar 50 basis poin untuk mendorong investasi di tengah ekspektasi terkandung inflasi impor di belakang harga minyak dan komoditas global yang lebih rendah.

CBE juga telah mengadopsi inisiatif yang melengkapi kebijakan moneter konvensional dalam mencapai tujuan ekonomi makro dan sosial. Pada Desember 2008 CBE meluncurkan sebuah inisiatif untuk mendorong bank untuk memberikan pinjaman dan fasilitas kredit kepada UKM dengan membebaskan pinjaman dari persyaratan rasio cadangan (saat ini berdiri di 10%). Selain itu pada Februari 2014, CBE memperkenalkan program pembiayaan perumahan jangka panjang sebesar LE 20 miliar. Tahap pertama dikeluarkan dalam jumlah LE 10 miliar selama periode 20 tahun.

Kebijaksanaan Fiskal

Jika dalam kebijaksanaan moneter pemerintah menggunakan elemen uang beredar dan suku bunga untuk mengatur perekonomian, maka kebijaksanaan fiskal adalah suatu tindakan pemerintah dalam mengatur perekonomian melalui anggaran belanja negara dan biasanya dikaitkan dalam masalah perpajakan. Meskipun tidak selalu demikian, namum orang lebih melihat kebijaksaan fiskal sebagai kebijaksanaan dibidang perpajakan.

Bedasarkan cara pembayarannya, sistem perpajakan di Mesir terbagi menjadi 2, yaitu pajak langsung dan pajak tidak langsung. Adapun yang termasuk pajak langsung antara lain: Pajak Lahan Pertanian,
Pajak bangunan, dan Pajak Penghasilan. Sedangkan yang termasuk pajak tidak langsung antara lain: Pajak Penjualan, Pajak Bea Cukai dan Pajak Materai.

Berdasarkan jumlah pajak yang harus dibayar, sistem perpajakan di Mesir menggunakan jenis pajak progresif dan pajak sebanding. Pajak progresif adalah jumlah besar kecilnya pajak yang dibayar ditetapkan berdasaarkan pendapatan subjek pajak, semakin tinggi pendapatan maka pajaknya semakin besar. Pajak sebanding adalah jumlah besar kecilnya pajak yang dibayar sama  untuk berbagai tingkat pendapatan.

Beberapa tujuan adanya kebijaksanaan perpajakan yaitu : Tujuan keuangan, pajak menyediakan sumber daya keuangan untuk negara "ketersediaan dana" untuk memenuhi kewajiban yang berbeda dan memberikan pelayanan publik secara kualitatif dan kuantitatif untuk semua anggota masyarakat; Tujuan ekonomi, pajak memberikan perlindungan yang tepat untuk industri nasional dan mendorong atau membatasi beberapa industri sesuai dengan rencana pembangunan ekonomi melalui tarif pajak preferensial untuk kegiatan yang berbeda; Tujuan sosial, pajak mendistribusikan beban pajak di antara semua anggota masyarakat berdasarkan kapasitas biaya dari masing-masing seperti membebaskan pemegang pendapatan kecil dengan mengambil prinsip kelulusan dalam tarif pajak dan penggunaan beberapa insentif pajak.

Kebijaksanaan Moneter dan Fiskal di sektor luar negeri

Strategi utama Mesir dalam kebijaksanaan moneter dan fiskal di sektor luar negeri terdiri atas pendekatan tiga dimensi, yaitu: Mempromosikan Foreign Direct Investment (FDI) untuk proyek-proyek industri tertentu dengan konten teknologi tinggi dan potensi investasi manusia; Memperbesar lingkup perjanjian perdagangan bebas untuk menyertakan Perdagangan Bebas Amerika Selatan di Area (Mercosur), dan Uni Ekonomi Eurasia di samping perjanjian yang ada dengan Negara Arab, perjanjian kemitraan dengan Uni Eropa, European Free Trade Area (EFTA) dan perjanjian dengan Turki; Mencapai transformasi struktural dalam komposisi ekspor dan struktur pasar dengan bergeser ke nilai tambah ekspor yang lebih tinggi dan meningkatkan keunggulan kompetitif sementara memperluas di Industri teknologi.

Bentuk nyata kebijaksanan moneter Mesir adalah CBE telah bekerja untuk memastikan pasar (Foreign Exchange)FX benar berfungsi. Pada Desember 2012, diadakan lelang mata uang asing ke bank domestik setiap minggu untuk menstabilkan pasar FX. Lelang baru-baru ini di Januari 2015, menunjukkan fleksibilitas yang lebih dalam terhadap gerakan nilai tukar, menutup kesenjangan antara pasar resmi dan pasar paralel dan memungkinkan lebih banyak fleksibilitas dalam nilai tukar. Program CBE selanjutnya adalah pemulihan di bidang pariwisata, FDI dan portofolio investasi di belakang untuk mengembalikan stabilitas dan memperkuat kepercayaan akan memberikan dukungan untuk neraca pembayaran dan membantu membangun kembali cadangan internasional untuk setidaknya tingkat 3,5 bulan impor selama jangka menengah.

Kebijaksanaan fiskal merupakan refleksi penting pada kegiatan ekonomi seperti pajak dianggap sebagai salah satu sumber yang paling penting untuk memperoleh sumber daya negara untuk menurunkan total defisit anggaran negara oleh tekanan inflasi. Pajak merupakan sarana penting untuk mempromosikan dan mendorong investasi baik domestik maupun asing untuk meningkatkan produksi sehingga dapat menghadapi tekanan inflasi dan kemudian menyerap pengangguran. Laporan pajak menunjukkan kelayakan ekonomi yaitu jumlah manfaat ekonomi bagi masyarakat dan efeknya pada menarik atau menolak investasi.

Kebijakan bea cukai bertujuan untuk mencapai tujuan strategis mengintegrasikan perekonomian Mesir dalam sistem perdagangan dunia. Lebih jauh lagi untuk mengembangkan kemitraan antara Bea Cukai Mesir dan masyarakat perdagangan Mempromosikan daya saing sektor swasta dengan mengurangi biaya mengimpor dan mengekspor barang murah.

Kebijakan ekonomi makro yang masuk akal dan reformasi struktural akan menciptakan dasar yang kokoh bagi pertumbuhan yang lebih tinggi, investasi yang lebih tinggi, kenaikan arus masuk FDI, kesempatan kerja tumbuh dan produktivitas yang lebih besar. Kebijakan-kebijakan ini dan reformasi akan memperkuat Mesir menuju perbaikan kondisi sosial dan transformasi ekonomi, yang sekian lama terganggu oleh kisruh politik dan militer.

MASALAH POKOK PEREKONOMIAN MESIR
Ekonomi Mesir saat ini masih menderita akibat konsekuensi dari dua peristiwa utama yaitu revolusi politik 25 Januari 2011 dan krisis ekonomi global tahun 2008.Pada tahun fiskal 2012-13, produk domestik bruto Mesir (PDB) tumbuh hanya 2,1%. Selain itu, defisit anggaran negara itu mencapai 13,8%  dari PDB. Perhatian utama pada 2013 adalah cadangan mata uang asing Mesir, yang mencapai rekor rendah sebesar US$ 14,4M pada Juli 2013, jatuh di bawah tingkat kritis yang ditetapkan oleh CBE dan merupakan penurunan tajam dari US$ 36M pada Januari 2011.

PENGANGGURAN

Penurunan pendapatan pariwisata karena kerusuhan politik berdampak pada masalah pengurangan yang serius. Disamping itu jatuhnya investasi asing juga memberikan kontribusi terhadap krisis ekonomi ini, yang semakin lama semakin menumbuhkan angka pengangguran di Mesir. Pengangguran merupakan masalah yang serius,dimana pemerintah harus mampu menurunkan tingkat pengangguran agar negara itu bisa di katakan sejahtera. Banyaknya pengangguran dapat meningkatkan kriminalisme di suatu negara,karena manusia membutuhkan sesuatu tetapi ia tidak mampu memenuhinya,maka terjadilah suatu kriminalis.

Menurut laporan Badan Pusat Mobilisasi Publik dan Statistik  (CAPMAS Mesir) tingkat Pengangguran di Mesir menurun menjadi 12,80% pada kuartal ke I 2015 dari 12,90% pada kuartal ke IV 2014. Tingkat Pengangguran di Mesir rata-rata 10,67% dari tahun 1993 sampai dengan tahun 2015. Tinkat pengangguran paling tinggi mencapai 13,40% persen pada kuartal ke III 2013 dan terendah 8,10% pada kuartal II tahun 1999.

Berdasarkan tingkat pendidikannya, jumlah pemuda yang menyelesaikan pendidikan di universitas memiliki kemungkinan tertinggi yang menganggur (44,5%). Kelompok terbesar kedua di antara pengangguran adalah mereka yang selesai TVET (38,4%).

Jumlah pengangguran jangka panjang di kalangan pemuda Mesir meningkat sangat tinggi. Pengangguran jangka panjang memiliki konsekuensi negatif, yaitu pada keterampilan dan menyebabkan kerugian finansial.  Adapaun hambatan utamanya adalah terbatasnya ketersediaan lapangan kerja, bahkan bagi wanita tidak tersedia pekerjaan dan upahnya rendah. Sebanyak 50,2% dari  pria muda yang menganggur menghabiskan 2 tahun atau lebih mencari pekerjaan dan sebanyak 57,7% bagi wanita muda.
  
Ekonomi Mesir belum menciptakan lapangan kerja yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang memasuki pasar tenaga kerja, dibuktikan dengan tingginya tingkat pengangguran dan tingkat kemiskinan. Hasil survei dari International Labour Organization (ILO) menunjukkan bahwa wanita yang paling merugi, dikarenakan terbatasnya lingkup pekerjaan yang terbuka terutama di sektor publik sehingga mengakibatkan antrian yang sangat panjang dan mendorong banyaknya wanita yang keluar dari pasar tenaga kerja untuk selamanya.

Kebijakan pemerintah mengatasi masalah pengangguran

Departemen Tenaga Kerja dan Imigrasi Mesir telah menguraikan kebijakan dalam  mengatasi masalah pengangguran pada The Youth Employment National Action Plan (NAP) of  2010-15 dengan bidang: prioritas pendidikan teknis, berupaya untuk mengembangkan sistem pelatihan siswa dan meningkatkan keterampilan dasar di bidang bahasa dan teknologi; prioritas pengembangan usaha, berusaha untuk mempromosikan kewirausahaan dengan menyediakan dukungan teknis dan pemasaran untuk wirausahawan pemula dan pengusaha muda; prioritas kebijakan dan program pasar tenaga kerja, berupaya untuk mengembangkan kantor ketenagakerjaan publik dan memperkuat unit informasi pasar kerja di Departemen Tenaga Kerja dan Imigrasi.

Adapun tindakan khusus yang merupakan program dari NAP adalah sebagai berikut:

Merancang kebijakan ekonomi makro untuk mempromosikan pertumbuhan pekerjaan
Memperkuat fokus penciptaan lapangan kerja di sektor jasa terampil tinggi
Mempromosikan layanan ketenagakerjaan publik
Fokus pada kualitas pendidikan
Berinvestasi dalam program kesempatan kedua untuk membiayai pemuda yang kurang beruntung mendapatkan pendidikan.
Meningkatkan perlindungan sosial anak muda dengan menegakkan hukum perburuhan, termasuk yang menguraikan kriteria kontrak kerja.
Membuat mekanisme informasi pasar kerja yang memadai
Mendukung kewirausahaan di kalangan kaum muda baik melalui dukungan teknis dan maupun keuangan

INFLASI
Inflasi sering diartikan sebagai suatu kecenderungan naiknya harga-harga secara umum (hampir keseluruhan) dalam kurun waktu dan wilayah tertentu. Jika di lihat pada besar-kecilnya inflasi yang muncul, inflasi terdiri atas :
Inflasi ringan – nilainya berkisar               0% - 10%
Inflasi sedang – nilainya berkisar             10% - 30%
Inflasi berat – nilainyya berkisar              30% -100%
Hyperinflasi – nilainya berkisar                   >100%

Menurut laporan Badan Pusat Mobilisasi Publik dan Statistik  (CAPMAS Mesir) tingkat inflasi di Mesir sebesar 10,96% pada April 2015. Tingkat inflasi di Mesir rata-rata 8,94% dari tahun 1958 sampai dengan 2015. Tinkat inflasi paling tinggi mencapai 35,10% pada Juni 1986 dan terendah -4,20% pada Agustus 1962.

Penyebab utama inflasi yang terjadi di Mesir adalah transisi politik yang sulit dan berlarut-larut sejak zaman kerajaan modern. Seperti kita ketahui bahwa mesir mengalamai banyak pergolakan politik, dimana organisasi Ikhwanul Muslimin masih saja terus menentang kebijakan pemerintah. Tentunya kekacauan yang terus menerus ini berdampak besar bagi ekonomi Mesir, termasuk berkontribusi pada naik turunnya inflasi di Mesir.  

Pergolakan politik terjadi di Mesir menghancurnya sektor pariwisata dan perdagangan, karena  pemerintah menerapkan program pengetatan ekonomi (menaikkan harga barang dan meningkatkan pajak pelayanan atau jasa).  Sektor pariwisata menurun karena para wisatawan merasa tak aman mengunjungi Mesir yang hampir setiap hari terjadi demonstrasi politik, sehingga meningkatkan jumlah pengangguran.  Selain itu, Mesir juga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan bahan pangan untuk negaranya.

Adapun kebijakan ekonomi yang dilakukan pemerintah Mesir untuk mengatasi masalah inflasi adalah :
Mengembalikan kepercayaan para pihak yang berkepentingan baik di dalam negeri maupun di luar negeri dengan menjaga stabilititas keamanan negara, mengurangi konflik dan demontrasi yang terjadi
Melakukan lelang valuta asing untuk mempertahankan pasar valuta asing yang stabil
Memulihkan sektor pariwista dan pendidikan
Menarik para investor asing untuk memajukan industri energi dan menciptakan lapangan kerja
Menjaga ketahanan indikator kesehatan keuangan dan perbanka
Meningkatkan daya saing ekspor produk domestik
Memungkinkan lebih banyak ruang untuk pertumbuhan kredit sektor swasta
Meningkatkan infrastruktur dan reformasi sektor energi
Mengurangi biaya anggaran subsidi BBM untuk beberapa tahun fiskal
Menurunkan utang publik

INVESTASI DAN PENANAMAN MODAL

Ekonomi Mesir telah menderita kombinasi krisis ekonomi sejak Januari 2011 revolusi yang menggulingkan Hosni Mubarak: defisit anggaran yang besar yang diperkirakan berkisar sekitar 12% dari PDB pada tahun fiskal 2013-2014, menurut Departemen Keuangan; neraca pembayaran defisit karena arus keluar modal besar dan perlambatan di bidang pariwisata; dan penurunan berat pada cadangan devisa, yang lebih dari setengahnya dari $ 35M di Januari 2011 untuk sekitar $ 15M pada Januari 2015. Ini bukan masalah baru, tetapi masalah lebih struktural dan kronis yang menjadi menekan dan mendesak karena gejolak politik dan manajemen sangat miskin dari masa transisi yang mengikuti revolusi.

Di dalam suatu negara, terutama di negara yang sedang berkembang, modal merupakan salah satu syarat utama dalam mencapai kemajuan ekonomi. Dengan modal itulah para pelaku ekonomi dapat meningkatkan kemampuan produksinya, dan sebaliknya kekurangan modal akan menghambat proses produksi. Investasi di Mesir, baik bagi investor asing atau investor dalam negeri, diatur oleh UU No. 159 untuk 1981 tentang Perusahaan, UU No. 8 tahun 1997 tentang Investasi, dan UU No. 95 tahun 1992 tentang Pasar Modal.

Menurut laporan CBE, Investasi Langsung Asing (FDI) di Mesir menurun menjadi 2.458 USD Juta pada kuartal keempat 2014 dari USD 3.375,50 juta pada kuartal ketiga 2014. Investasi Langsung Asing di Mesir rata-rata USD 2.263,99 juta dari tahun 2002 hingga 2014, investasi yang paling tinggi sebesar USD 5.572,50 juta pada kuartal keempat tahun 2007 dan rekor terendah adalah USD 40,70 juta pada kuartal kedua tahun 2002.

Manfaat investasi bagi Mesir adalah sebagai modal utama membangun perekonomian. Arus masuk modal yang besar akan meningkatkan keseimbangan neraca pembayaran Mesir dan membantu membangun kembali cadangan devisa negara. Investasi asing langsung (FDI) juga akan membantu untuk merangsang pertumbuhan dan lapangan kerja.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan pemerintah Mesir untuk meningkatkan besarnya investasi yang masuk adalah sebagai berikut:
Pemerintah mengajukan reformasi ekonomi makro yang ramah di bidang investasi, dan kebijakan nilai tukar moneter fiskal, serta reformasi hukum bertujuan untuk memperbaiki hubungan antara negara dan sektor swasta.
Bank Sentral Mesir juga ikut andil membuat kebijakan untuk memacu investasi Mesir. Pada tanggal 15 Januari 2015, bank sentral menurun suku bunga, sarana tradisional untuk merangsang investasi. Kemudian, pada akhir Januari dan awal Februari, bank mendevaluasi pound Mesir hampir 7% terhadap dolar AS, menangani permintaan lama dari lembaga keuangan internasional (IFI). Devaluasi diharapkan memiliki dampak positif pada investor asing dengan mengurangi risiko konversi mata uang yang bisa dihasilkan dari penurunan cadangan devisa Mesir. Devaluasi juga dimaksudkan untuk mengekang pasar gelap dan dengan demikian menyatukan nilai tukar efektif, dan diharapkan untuk memiliki dampak positif pada neraca perdagangan Mesir.

Selanjutnya beberapa langkah lain lebih terkonsentrasi pada kekuasaan eksekutif sehingga mengorbankan legislatif dan yudikatif. Di bawah Mansour, hukum yang mengatur tender publik diubah, sehingga memungkinkan bagi pejabat tinggi untuk melakukan pembelian dan kontrak penghargaan yang kompetitif tanpa tender. Hal ini sangat penting mengingat niat pemerintah untuk menarik investasi swasta, dan terutama asing, ke sektor-sektor seperti infrastruktur dan utilitas melalui kemitraan publik-swasta.
Kembalinya lembaga keuangan internasional seperti Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia untuk membimbing kembali ekonomi Mesir dapat menarik investasi asing yang serius. Keadaaan ini memungkinkan kepercayaan pemerintah Mesir kembali untuk mematuhi rekomendasi IMF dan Bank Dunia di bidang ekonomi seperti memotong defisit anggaran, memerangi inflasi, dan mendukung sektor swasta, dan komitmennya untuk restrukturisasi fiskal masa depan dan liberalisasi.

Departemen Investasi telah bertanggung jawab untuk mengawasi pelaksanaan program restrukturisasi untuk semua BUMN, meningkatkan tata kelola perusahaan mereka, dan mengawasi dan mengelola transformasi kepemilikan sektor swasta dalam kasus privatisasi. Dengan berbagai peluang investasi, Kementerian Investasi Mesir saat ini mengawasi sejumlah 46 proyek di sektor-sektor seperti infrastruktur dan utilitas umum di gubernuran yang berbeda di seluruh negeri, dengan biaya sebesar US $ 16M. Proyek-proyek berkisar lebih dari berbagai bidang termasuk jalan, kereta api, pelabuhan, pembangkit limbah, tanaman air, proyek-proyek pembangunan yang terintegrasi dari Upper-Mesir Laut Merah Road, zona ekonomi khusus di utara West Gulf Suez, mengembangkan industri teknologi, terintegrasi sipil dan pusat komersial di seluruh Mesir, mengembangkan pariwisata dan memperkenalkan kota medis baru. Skema komprehensif Swasta Kemitraan bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan yang tersedia di negara ini.

Kementrian Investasi Mesir  telah memperkenalkan pembiayaan perumahan bagi perekonomian Mesir, menerapkan reformasi besar di pasar modal dan restrukturisasi sektor asuransi. Langkah-langkah reformasi regulasi ini telah dimulai untuk memungkinkan sektor jasa keuangan non-bank untuk menampung produk-produk baru serta posisi Mesir sebagai pusat regional untuk jasa keuangan. Atas dasar kebijakan tersebut, maka didirikanlah beberapa lembaga yang mendukung kinerja investasi di Mesir, yaitu; Bursa Efek Nil (NILEX), Otoritas Pengawas Keuangan Mesir (EFSA), dan Dewan Auditor Pengawasan.

Catatan kaki :
1. Tarik M. Yousef, Egypt’s Growth Performance, (Kairo : ERF, 1998), hal. 15.
2. Krida A. Husna, Gammal Abdul Nasser dan Perannya dalam Penentuan Kebijakan Mesir, (Yogyakarta: UNY, 2010), hal. 91.
3. Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), Cet ke 1, Jilid III, hal. 127

Referensi :
Ministry of Finance, Egypt’s Five Year Macroeconomic Framework and Strategy FY 14/15 – FY 18/19, (Cairo: Official Publication of The Goverment Egypt, 2015).

Created by:
Anisa Intan Damayanti
1 EB27/ 21214286

Mengungkap Perjalanan Ekonomi Negeri Piramida (Part III)

(Aktivitas gejolak politik yang berlarut menjadikan perekonomian terjebak krisis yang lebih jauh)


KEBIJAKSANAAN PEMERINTAH

Dalam penyelenggaraan suatu negara pasti akan sering terjadi berbagai permasalahan, baik masalah politik, ekonomi maupun sosial. Pemerintah merupakan pemegang tanggungjawab penuh pada kehidupan rakyatnya dan dituntut supaya mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut. Oleh karena itu, pemerintah akan membuat kebijaksanaan pemerintah atau yang disebut dengan kebijakan publik. Kebijakan publik itu sendiri adalah sejumlah aktivitas pemerintah untuk memecahkan masalah di masyarakat, baik secara langsung maupun melalui lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat (Woll, 1996).

Dalam sejarahnya, Republik Arab Mesir pernah mengalami gejolak pergantian sistem pemerintahan, mulai dari sistem monarki kemudian menjadi sistem republik. Hal ini tentu berdampak kepada sistem ekonominya, mengingat kebijaksanaan pemerintah negara Mesir dibuat oleh para pimpinan negara mulai dari raja dan presiden, tentunya memiliki arah kebijaksaan pemerintah masing-masing. Disamping itu, politik dan militer di Mesir sangat berimplikasi pada perkembangan ekonomi Mesir. Adapun kebijaksanaan ekonomi pemerintah Mesir yang digolongkan berdasarkan periode pemerintahan, adalah sebagai berikut :

Kerajaan Mesir (1922-1953)
Kepala Negara : Raja Fu’ad I 1922-1936, Farouk 1936-1952,
Kebijakan pemerintahan pada masa ini menekankan pada kerjasama bilateral Inggris-Mesir yang justru mengakibatkan ketimpangan sosial bagi rakyat Mesir sendiri. Pemerintah lebih pro terhadap pemerintahan Inggris dan membiarkan Inggris tetap melakukan kolonialisasinya di Mesir. Kebijakan tersebut menyebabkan terjadinya kemerosotan ekonomi Mesir, dibuktikan dengan krisis pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, harga jual kapas menurun, banyaknya pengangguran tenaga kerja produktif dan meningkatnya kriminalitas. Tahun 1922, perolehan GDP Mesir sebesar LE 12,71 dan tahun 1945 GDP Mesir sebesar LE 7,54. 1

Republik Mesir (1953-1958)
Kepala Negara: Muhammad Naguib 1953-1954, Gamal Abdel Nasser 1954-1958
Kebijakan pemerintah pada masa ini lebih mengutamakan pembenahan undang-undang dasar negara yang semula monarki menjadi republik untuk mengatasi masalah-masalah politik, sosial, maupun ekonomi Mesir. Kebijakan pemerintah dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi diwujudkan melalui program pertanian dan perindustrian, sedangkan untuk membentuk keseimbangan ekonomi dilakukan dengan mengurangi impor, membatasi peredaran uang dan memotong pengeluaran pemerintah, sehingga anggaran negara yang sebelumnya defisit LE. 150,7 menjadi surplus LE. 6,7.2
Secara umum kebijakan ekonomi pada masa ini telah berhasil mengubah struktur sosial rakyat Mesir, tetapi kinerja birokrasi yang kurang efektif dan efisien serta korupsi yang masih ada di lembaga pemerintah mengakibatkan pemerataan kesejahteraan dan penegakan hukum masih sulit diterapkan.

Republik Persatuan Arab  (1958-1971)
Kepala Negara: Gamal Abdel Nasser 1958-1970, Anwar El Sadat 1970-1981
Pemerintah membuat kebijakan reformasi ekonomi dengan mengakhiri dominasi ekonomi Mesir oleh sektor publik dan mendorong investasi  baik domestik maupun asing dalam sektor swasta, sebuah kebijakan yang dijuluki dengan nama "infitah". Namun hasil dari kebijakan ini justru membuat kemerosotan ekonomi yang cukup tajam, dibuktikan dengan harga bahan pokok yang melambung tinggi, rakyat yang masih bergantung pada minyak, sektor wisata, bea Terusan Suez dan kiriman uang para pekerja dari luar negeri.3

Republik Arab Mesir (1971 – 2011)
Kepala Negara: Sufi Abu Taleb 1981, Hosni Mubarak 1981-2011 
Kebijakan pemerintah yaitu melakukan reformasi ekonomi dengan mengubah sistem ekonomi terpusat menjadi terbuka. Kemudian berimplikasi pada bertambah investasi dari sektor swasta, tahun 1983 total investasi asing  LE  1,025 juta, pada tahun 1990 mencapai LE 10,700. Hasil reformasi ekonomi yang positif telah berjalan selama tujuh tahun antara lain; meningkatnya angka  pertumbuhan ekonomi nasional tahun 1991 sebesar 3,6% sedangkan tahun 1998 menjadi 5,1%, angka kemiskinan menurun dari tahun 1991 sebesar 10,9% pada tahun 1998 menjadi 7,4%, selain itu inflasi tahun 1991 sebesar 20% dipangkas pada tahun 1998 menjadi 8,4%.

Pada 2004, pemerintah ingin melakukan reformasi ekonomi agresif guna menarik investasi asing dan memfasilitasi pertumbuhan GDP, namum tertunda akibat ekonomi global yang memburuk. Namun ekonomi Mesir pada awal abad ke2 terus mengalami kemerosotan, pada tahun 2005 pendapatan per kapita sebesar US$ 4.072 dan pada tahun 2010 sebesar US$ 2.070. Pada 2010, kembali pemerintah ingin melakukan reformasi ekonomi untuk menarik investor sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan memperbaiki kondisi ekonomi, namun belum sempat terealisasi sudah terjadi pergolakan politik yang meminta kepala negara Hosni Mubarak turun dari jabatannya.

Republik Arab Mesir (2012 – sekarang)
Mohamed Moersi 2012-2013, Adli Masur 2013-2014, Abdul Fattah 2014-sekarang
Kebijakan Pemerintah pada masa kabinet Moersi yaitu; mengurangi impor gandum guna mengoptimalkan anggaran negara untuk subsidi pertanian agar kebutuhan pokok terpenuhi;  membebaskan hutang produktif 40.000 petani marjinal mereka bisa bernafas lega dan memulai hidup baru. Namun ada beberapan kebijakan yang dianggap sebagai kesalahan yaitu; pemerintah menerima pinjaman IMF sebesar $ 4,8 milyar untuk memperkuat cadangan devisa, mendapat bantuan Qatar senilai $ 8 milyar dan pinjaman lunak dari Turki sebesar $ 2 milyar,  perjanjian investasi senilai $4,9 milyar dengan China. Kebijakan merevitalisasi Terusan Suez, sehingga dalam satu tahun ditargetkan meningkatkan devisa hingga $100 milyar dari semula hanya $5,6 milyar mengakibatkan ekonomi Uni Emirat dan Kuwait yang bersandar pada pelabuhan internasional tertekan. Kondisi tersebut lambat laun mengancam investasi asing, pariwisata, dan kesempatan untuk menerima bantuan dari IMF.


Selanjutnya kerangka kebijakan makroekonomi dan struktur program reformasi berdiri pada tiga prinsip dasar, yaitu; Pertama, kebijakan ekonomi makro yang bijak akan maju bersama proyek-proyek pembangunan jangka panjang dengan intensitas tenaga kerja yang tinggi dan upaya konkrit untuk meningkatkan kualitas dan aksesibilitas layanan publik. Kedua, model pertumbuhan akan didasarkan pada kemitraan yang konstruktif antara pemerintah dan sektor swasta. Pemerintah berkomitmen untuk mengejar kerangka kebijakan ekonomi makro yang bijak, mereformasi aparat hukumnya, dan investasi dalam infrastruktur dasar untuk menciptakan lingkungan bisnis yang stabil dan dapat diprediksi, sementara sektor swasta semakin diberdayakan dan didorong untuk melanjutkan perannya dalam pertumbuhan ekonomi. Ketiga, pendekatan akan keseimbangan antara konsolidasi fiskal dan tujuan keadilan sosial. Pemerintah akan menjamin pertumbuhan yang inklusif serta berkelanjutan, dengan penghematan yang dihasilkan oleh langkah-langkah penghematan yang sebagian didistribusikan untuk mendanai program-program perlindungan sosial dan untuk berinvestasi dalam melimpah dan sumber daya manusia muda Mesir.

Kebijaksanaan Moneter

Kebijaksanaan Moneter adalah sekumpulan tindakan pemerintah di dalam mengatur perekonomian melalui peredaran uang dan suku bunga. Kebijaksanaan ini dijalankan oleh pemerintah Mesir melalui lembaga keuangan yaitu Cental Bank of Egypt (CBE). CBE adalah badan pengawas otonom, yang dibentuk atas dasar Undang-Undang Nomor 88 tahun 2003 dan Keputusan Presiden Nomor 65 tahun 2004.

Tujuan utama dan fungsi CBE adalah sebagai berikut:
·         Menyadari stabilitas harga dan memastikan kesehatan sistem perbankan.
·         Merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter, kebijakan kredit & perbankan.
·         Penerbitan uang kertas dan menentukan denominasi dan spesifikasi mereka.
·         Mengawasi sektor perbankan.
·         Mengelola cadangan devisa mata uang asing.
·         Mengatur fungsi pasar valuta asing.
·         Mengawasi sistem pembayaran nasional.
·         Pencatatan dan menindaklanjuti utang luar Mesir (publik dan swasta).

CBE sedang melakukan kebijakan moneter yang independen yang bertujuan untuk mencapai stabilitas harga sementara mendukung pertumbuhan dan lapangan kerja. Pada saat yang sama, CBE terus memonitor dan mengatur sistem perbankan untuk memastikan kesehatan dan ketahanan dalam menghadapi berbagai guncangan domestik dan internasional. Selama empat tahun sebelumnya, CBE mempertahankan kebijakan moneter yang berusaha untuk merangsang ekonomi di tengah-tengah investasi kendur dan pertumbuhan, tanpa membahayakan stabilitas harga.

Kebijakan moneter berhasil membantu menjaga stabilitas harga dan ekonomi Mesir selama gejolak ekonomi baru-baru ini. Kebijakan moneter berusaha secara bertahap mengendalikan mengurangi inflasi terhadap target CBE sebesar 6-8% dalam jangka menengah untuk meningkatkan pendapatan riil dan meningkatkan daya saing eksternal.  Disamping itu, CBE juga mempertahankan pasar valuta asing aktif dan teratur mencerminkan pasokan dan permintaan, sehingga memudahkan kembalinya aliran modal masuk dan mengurangi tekanan pada cadangan devisa.

Pada bulan Juli 2014, CBE menaikkan suku kebijakan pada 100 basis poin. Namun, pada bulan Januari 2015, Komite Kebijakan Moneter (MPC) memutuskan untuk menurunkan suku kebijakan sebesar 50 basis poin untuk mendorong investasi di tengah ekspektasi terkandung inflasi impor di belakang harga minyak dan komoditas global yang lebih rendah.

CBE juga telah mengadopsi inisiatif yang melengkapi kebijakan moneter konvensional dalam mencapai tujuan ekonomi makro dan sosial. Pada Desember 2008 CBE meluncurkan sebuah inisiatif untuk mendorong bank untuk memberikan pinjaman dan fasilitas kredit kepada UKM dengan membebaskan pinjaman dari persyaratan rasio cadangan (saat ini berdiri di 10%). Selain itu pada Februari 2014, CBE memperkenalkan program pembiayaan perumahan jangka panjang sebesar LE 20 miliar. Tahap pertama dikeluarkan dalam jumlah LE 10 miliar selama periode 20 tahun.

Kebijaksanaan Fiskal

Jika dalam kebijaksanaan moneter pemerintah menggunakan elemen uang beredar dan suku bunga untuk mengatur perekonomian, maka kebijaksanaan fiskal adalah suatu tindakan pemerintah dalam mengatur perekonomian melalui anggaran belanja negara dan biasanya dikaitkan dalam masalah perpajakan. Meskipun tidak selalu demikian, namum orang lebih melihat kebijaksaan fiskal sebagai kebijaksanaan dibidang perpajakan.

Bedasarkan cara pembayarannya, sistem perpajakan di Mesir terbagi menjadi 2, yaitu pajak langsung dan pajak tidak langsung. Adapun yang termasuk pajak langsung antara lain: Pajak Lahan Pertanian,
Pajak bangunan, dan Pajak Penghasilan. Sedangkan yang termasuk pajak tidak langsung antara lain: Pajak Penjualan, Pajak Bea Cukai dan Pajak Materai.


Berdasarkan jumlah pajak yang harus dibayar, sistem perpajakan di Mesir menggunakan jenis pajak progresif dan pajak sebanding. Pajak progresif adalah jumlah besar kecilnya pajak yang dibayar ditetapkan berdasaarkan pendapatan subjek pajak, semakin tinggi pendapatan maka pajaknya semakin besar. Pajak sebanding adalah jumlah besar kecilnya pajak yang dibayar sama  untuk berbagai tingkat pendapatan.

Pajak Mesir berdasarkan penentuan jenis tarifnya.
Beberapa tujuan adanya kebijaksanaan perpajakan Mesir yaitu : Tujuan keuangan, pajak menyediakan sumber daya keuangan untuk negara "ketersediaan dana" untuk memenuhi kewajiban yang berbeda dan memberikan pelayanan publik secara kualitatif dan kuantitatif untuk semua anggota masyarakat; Tujuan ekonomi, pajak memberikan perlindungan yang tepat untuk industri nasional dan mendorong atau membatasi beberapa industri sesuai dengan rencana pembangunan ekonomi melalui tarif pajak preferensial untuk kegiatan yang berbeda; Tujuan sosial, pajak mendistribusikan beban pajak di antara semua anggota masyarakat berdasarkan kapasitas biaya dari masing-masing seperti membebaskan pemegang pendapatan kecil dengan mengambil prinsip kelulusan dalam tarif pajak dan penggunaan beberapa insentif pajak.

Kebijaksanaan Moneter dan Fiskal di sektor luar negeri

Strategi utama Mesir dalam kebijaksanaan moneter dan fiskal di sektor luar negeri terdiri atas pendekatan tiga dimensi, yaitu: Mempromosikan Foreign Direct Investment (FDI) untuk proyek-proyek industri tertentu dengan konten teknologi tinggi dan potensi investasi manusia; Memperbesar lingkup perjanjian perdagangan bebas untuk menyertakan Perdagangan Bebas Amerika Selatan di Area (Mercosur), dan Uni Ekonomi Eurasia di samping perjanjian yang ada dengan Negara Arab, perjanjian kemitraan dengan Uni Eropa, European Free Trade Area (EFTA) dan perjanjian dengan Turki; Mencapai transformasi struktural dalam komposisi ekspor dan struktur pasar dengan bergeser ke nilai tambah ekspor yang lebih tinggi dan meningkatkan keunggulan kompetitif sementara memperluas di Industri teknologi.
 
Bentuk nyata kebijaksanan moneter Mesir adalah CBE telah bekerja untuk memastikan pasar (Foreign Exchange)FX benar berfungsi. Pada Desember 2012, diadakan lelang mata uang asing ke bank domestik setiap minggu untuk menstabilkan pasar FX. Lelang baru-baru ini di Januari 2015, menunjukkan fleksibilitas yang lebih dalam terhadap gerakan nilai tukar, menutup kesenjangan antara pasar resmi dan pasar paralel dan memungkinkan lebih banyak fleksibilitas dalam nilai tukar. Program CBE selanjutnya adalah pemulihan di bidang pariwisata, FDI dan portofolio investasi di belakang untuk mengembalikan stabilitas dan memperkuat kepercayaan akan memberikan dukungan untuk neraca pembayaran dan membantu membangun kembali cadangan internasional untuk setidaknya tingkat 3,5 bulan impor selama jangka menengah.
 
Kebijaksanaan fiskal merupakan refleksi penting pada kegiatan ekonomi seperti pajak dianggap sebagai salah satu sumber yang paling penting untuk memperoleh sumber daya negara untuk menurunkan total defisit anggaran negara oleh tekanan inflasi. Pajak merupakan sarana penting untuk mempromosikan dan mendorong investasi baik domestik maupun asing untuk meningkatkan produksi sehingga dapat menghadapi tekanan inflasi dan kemudian menyerap pengangguran. Laporan pajak menunjukkan kelayakan ekonomi yaitu jumlah manfaat ekonomi bagi masyarakat dan efeknya pada menarik atau menolak investasi.

Kebijakan bea cukai bertujuan untuk mencapai tujuan strategis mengintegrasikan perekonomian Mesir dalam sistem perdagangan dunia. Lebih jauh lagi untuk mengembangkan kemitraan antara Bea Cukai Mesir dan masyarakat perdagangan Mempromosikan daya saing sektor swasta dengan mengurangi biaya mengimpor dan mengekspor barang murah.

Kebijakan ekonomi makro yang masuk akal dan reformasi struktural akan menciptakan dasar yang kokoh bagi pertumbuhan yang lebih tinggi, investasi yang lebih tinggi, kenaikan arus masuk FDI, kesempatan kerja tumbuh dan produktivitas yang lebih besar. Kebijakan-kebijakan ini dan reformasi akan memperkuat Mesir menuju perbaikan kondisi sosial dan transformasi ekonomi, yang sekian lama terganggu oleh kisruh politik dan militer.


MASALAH POKOK PEREKONOMIAN MESIR

Ekonomi Mesir saat ini masih menderita akibat konsekuensi dari dua peristiwa utama yaitu revolusi politik 25 Januari 2011 dan krisis ekonomi global tahun 2008.Pada tahun fiskal 2012-13, produk domestik bruto Mesir (PDB) tumbuh hanya 2,1%. Selain itu, defisit anggaran negara itu mencapai 13,8%  dari PDB. Perhatian utama pada 2013 adalah cadangan mata uang asing Mesir, yang mencapai rekor rendah sebesar US$ 14,4M pada Juli 2013, jatuh di bawah tingkat kritis yang ditetapkan oleh CBE dan merupakan penurunan tajam dari US$ 36M pada Januari 2011.

PENGANGGURAN

Penurunan pendapatan pariwisata karena kerusuhan politik berdampak pada masalah pengurangan yang serius. Disamping itu jatuhnya investasi asing juga memberikan kontribusi terhadap krisis ekonomi ini, yang semakin lama semakin menumbuhkan angka pengangguran di Mesir. Pengangguran merupakan masalah yang serius,dimana pemerintah harus mampu menurunkan tingkat pengangguran agar negara itu bisa di katakan sejahtera. Banyaknya pengangguran dapat meningkatkan kriminalisme di suatu negara,karena manusia membutuhkan sesuatu tetapi ia tidak mampu memenuhinya,maka terjadilah suatu kriminalitas.
Tingkat Pengangguran di Mesir
Menurut laporan Badan Pusat Mobilisasi Publik dan Statistik  (CAPMAS Mesir) tingkat Pengangguran di Mesir menurun menjadi 12,80% pada kuartal ke I 2015 dari 12,90% pada kuartal ke IV 2014. Tingkat Pengangguran di Mesir rata-rata 10,67% dari tahun 1993 sampai dengan tahun 2015. Tinkat pengangguran paling tinggi mencapai 13,40% persen pada kuartal ke III 2013 dan terendah 8,10% pada kuartal II tahun 1999.

Berdasarkan tingkat pendidikannya, jumlah pemuda yang menyelesaikan pendidikan di universitas memiliki kemungkinan tertinggi yang menganggur (44,5%). Kelompok terbesar kedua di antara pengangguran adalah mereka yang selesai TVET (38,4%).
Tingkat Pengangguran Muda berdasarkan tingkat pendidikan dan gender.
Jumlah pengangguran jangka panjang di kalangan pemuda Mesir meningkat sangat tinggi. Pengangguran jangka panjang memiliki konsekuensi negatif, yaitu pada keterampilan dan menyebabkan kerugian finansial.  Adapaun hambatan utamanya adalah terbatasnya ketersediaan lapangan kerja, bahkan bagi wanita tidak tersedia pekerjaan dan upahnya rendah. Sebanyak 50,2% dari  pria muda yang menganggur menghabiskan 2 tahun atau lebih mencari pekerjaan dan sebanyak 57,7% bagi wanita muda.

Tingkat Pengangguran Muda berdasarkan waktu mencari kerja dan gender,
Ekonomi Mesir belum menciptakan lapangan kerja yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang memasuki pasar tenaga kerja, dibuktikan dengan tingginya tingkat pengangguran dan tingkat kemiskinan. Hasil survei dari International Labour Organization (ILO) menunjukkan bahwa wanita yang paling merugi, dikarenakan terbatasnya lingkup pekerjaan yang terbuka terutama di sektor publik sehingga mengakibatkan antrian yang sangat panjang dan mendorong banyaknya wanita yang keluar dari pasar tenaga kerja untuk selamanya.

Kebijakan pemerintah mengatasi masalah pengangguran

Departemen Tenaga Kerja dan Imigrasi Mesir telah menguraikan kebijakan dalam  mengatasi masalah pengangguran pada The Youth Employment National Action Plan (NAP) of  2010-15 dengan bidang: prioritas pendidikan teknis, berupaya untuk mengembangkan sistem pelatihan siswa dan meningkatkan keterampilan dasar di bidang bahasa dan teknologi; prioritas pengembangan usaha, berusaha untuk mempromosikan kewirausahaan dengan menyediakan dukungan teknis dan pemasaran untuk wirausahawan pemula dan pengusaha muda; prioritas kebijakan dan program pasar tenaga kerja, berupaya untuk mengembangkan kantor ketenagakerjaan publik dan memperkuat unit informasi pasar kerja di Departemen Tenaga Kerja dan Imigrasi.


Adapun tindakan khusus yang merupakan program dari NAP adalah sebagai berikut:


  • Merancang kebijakan ekonomi makro untuk mempromosikan pertumbuhan pekerjaan

  • Memperkuat fokus penciptaan lapangan kerja di sektor jasa terampil tinggi

  • Mempromosikan layanan ketenagakerjaan publik

  • Fokus pada kualitas pendidikan

  • Berinvestasi dalam program kesempatan kedua untuk membiayai pemuda yang kurang beruntung mendapatkan pendidikan.

  • Meningkatkan perlindungan sosial anak muda dengan menegakkan hukum perburuhan, termasuk yang menguraikan kriteria kontrak kerja.

  • Membuat mekanisme informasi pasar kerja yang memadai

  • Mendukung kewirausahaan di kalangan kaum muda baik melalui dukungan teknis dan maupun keuangan
 
INFLASI

Inflasi sering diartikan sebagai suatu kecenderungan naiknya harga-harga secara umum (hampir keseluruhan) dalam kurun waktu dan wilayah tertentu. Jika di lihat pada besar-kecilnya inflasi yang muncul, inflasi terdiri atas :
Inflasi ringan – nilainya berkisar               0% - 10%
Inflasi sedang – nilainya berkisar             10% - 30%
Inflasi berat – nilainyya berkisar              30% -100%
Hyperinflasi – nilainya berkisar                   >100%

Menurut laporan Badan Pusat Mobilisasi Publik dan Statistik  (CAPMAS Mesir) tingkat inflasi di Mesir sebesar 10,96% pada April 2015. Tingkat inflasi di Mesir rata-rata 8,94% dari tahun 1958 sampai dengan 2015. Tinkat inflasi paling tinggi mencapai 35,10% pada Juni 1986 dan terendah -4,20% pada Agustus 1962.
Tingkat Inflasi Mesir
Penyebab utama inflasi yang terjadi di Mesir adalah transisi politik yang sulit dan berlarut-larut sejak zaman kerajaan modern. Seperti kita ketahui bahwa mesir mengalamai banyak pergolakan politik, dimana organisasi Ikhwanul Muslimin masih saja terus menentang kebijakan pemerintah. Tentunya kekacauan yang terus menerus ini berdampak besar bagi ekonomi Mesir, termasuk berkontribusi pada naik turunnya inflasi di Mesir.  

Pergolakan politik terjadi di Mesir menghancurnya sektor pariwisata dan perdagangan, karena  pemerintah menerapkan program pengetatan ekonomi (menaikkan harga barang dan meningkatkan pajak pelayanan atau jasa).  Sektor pariwisata menurun karena para wisatawan merasa tak aman mengunjungi Mesir yang hampir setiap hari terjadi demonstrasi politik, sehingga meningkatkan jumlah pengangguran.  Selain itu, Mesir juga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan bahan pangan untuk negaranya.

Adapun kebijakan ekonomi yang dilakukan pemerintah Mesir untuk mengatasi masalah inflasi adalah:

  • Mengembalikan kepercayaan para pihak yang berkepentingan baik di dalam negeri maupun di luar negeri dengan menjaga stabilititas keamanan negara, mengurangi konflik dan demontrasi yang terjadi
  • Melakukan lelang valuta asing untuk mempertahankan pasar valuta asing yang stabil
  • Memulihkan sektor pariwista dan pendidikan
  • Menarik para investor asing untuk memajukan industri energi dan menciptakan lapangan kerja
  • Menjaga ketahanan indikator kesehatan keuangan dan perbanka
  • Meningkatkan daya saing ekspor produk domestik
  • Memungkinkan lebih banyak ruang untuk pertumbuhan kredit sektor swasta
  • Meningkatkan infrastruktur dan reformasi sektor energi
  • Mengurangi biaya anggaran subsidi BBM untuk beberapa tahun fiskal
  • Mengurangi utang publik



INVESTASI DAN PENANAMAN MODAL

INVESTASI DAN PENANAMAN MODAL

Ekonomi Mesir telah menderita kombinasi krisis ekonomi sejak Januari 2011 revolusi yang menggulingkan Hosni Mubarak: defisit anggaran yang besar yang diperkirakan berkisar sekitar 12% dari PDB pada tahun fiskal 2013-2014, menurut Departemen Keuangan; neraca pembayaran defisit karena arus keluar modal besar dan perlambatan di bidang pariwisata; dan penurunan berat pada cadangan devisa, yang lebih dari setengahnya dari $ 35M di Januari 2011 untuk sekitar $ 15M pada Januari 2015. Ini bukan masalah baru, tetapi masalah lebih struktural dan kronis yang menjadi menekan dan mendesak karena gejolak politik dan manajemen sangat miskin dari masa transisi yang mengikuti revolusi.



Di dalam suatu negara, terutama di negara yang sedang berkembang, modal merupakan salah satu syarat utama dalam mencapai kemajuan ekonomi. Dengan modal itulah para pelaku ekonomi dapat meningkatkan kemampuan produksinya, dan sebaliknya kekurangan modal akan menghambat proses produksi. Investasi di Mesir, baik bagi investor asing atau investor dalam negeri, diatur oleh UU No. 159 untuk 1981 tentang Perusahaan, UU No. 8 tahun 1997 tentang Investasi, dan UU No. 95 tahun 1992 tentang Pasar Modal.


Menurut laporan CBE, Investasi Langsung Asing (FDI) di Mesir menurun menjadi 2.458 USD Juta pada kuartal keempat 2014 dari USD 3.375,50 juta pada kuartal ketiga 2014. Investasi Langsung Asing di Mesir rata-rata USD 2.263,99 juta dari tahun 2002 hingga 2014, investasi yang paling tinggi sebesar USD 5.572,50 juta pada kuartal keempat tahun 2007 dan rekor terendah adalah USD 40,70 juta pada kuartal kedua tahun 2002.

Manfaat investasi bagi Mesir adalah sebagai modal utama membangun perekonomian. Arus masuk modal yang besar akan meningkatkan keseimbangan neraca pembayaran Mesir dan membantu membangun kembali cadangan devisa negara. Investasi asing langsung (FDI) juga akan membantu untuk merangsang pertumbuhan dan lapangan kerja.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan pemerintah Mesir untuk meningkatkan besarnya investasi yang masuk adalah sebagai berikut:
§  Pemerintah mengajukan reformasi ekonomi makro yang ramah di bidang investasi, dan kebijakan nilai tukar moneter fiskal, serta reformasi hukum bertujuan untuk memperbaiki hubungan antara negara dan sektor swasta.

§  Bank Sentral Mesir juga ikut andil membuat kebijakan untuk memacu investasi Mesir. Pada tanggal 15 Januari 2015, bank sentral menurun suku bunga, sarana tradisional untuk merangsang investasi. Kemudian, pada akhir Januari dan awal Februari, bank mendevaluasi pound Mesir hampir 7% terhadap dolar AS, menangani permintaan lama dari lembaga keuangan internasional (IFI). Devaluasi diharapkan memiliki dampak positif pada investor asing dengan mengurangi risiko konversi mata uang yang bisa dihasilkan dari penurunan cadangan devisa Mesir. Devaluasi juga dimaksudkan untuk mengekang pasar gelap dan dengan demikian menyatukan nilai tukar efektif, dan diharapkan untuk memiliki dampak positif pada neraca perdagangan Mesir.

§  Selanjutnya beberapa langkah lain lebih terkonsentrasi pada kekuasaan eksekutif sehingga mengorbankan legislatif dan yudikatif. Di bawah Mansour, hukum yang mengatur tender publik diubah, sehingga memungkinkan bagi pejabat tinggi untuk melakukan pembelian dan kontrak penghargaan yang kompetitif tanpa tender. Hal ini sangat penting mengingat niat pemerintah untuk menarik investasi swasta, dan terutama asing, ke sektor-sektor seperti infrastruktur dan utilitas melalui kemitraan publik-swasta.

§  Kembalinya lembaga keuangan internasional seperti Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia untuk membimbing kembali ekonomi Mesir dapat menarik investasi asing yang serius. Keadaaan ini memungkinkan kepercayaan pemerintah Mesir kembali untuk mematuhi rekomendasi IMF dan Bank Dunia di bidang ekonomi seperti memotong defisit anggaran, memerangi inflasi, dan mendukung sektor swasta, dan komitmennya untuk restrukturisasi fiskal masa depan dan liberalisasi.

Departemen Investasi telah bertanggung jawab untuk mengawasi pelaksanaan program restrukturisasi untuk semua BUMN, meningkatkan tata kelola perusahaan mereka, dan mengawasi dan mengelola transformasi kepemilikan sektor swasta dalam kasus privatisasi. Dengan berbagai peluang investasi, Kementerian Investasi Mesir saat ini mengawasi sejumlah 46 proyek di sektor-sektor seperti infrastruktur dan utilitas umum di gubernuran yang berbeda di seluruh negeri, dengan biaya sebesar US $ 16M. Proyek-proyek berkisar lebih dari berbagai bidang termasuk jalan, kereta api, pelabuhan, pembangkit limbah, tanaman air, proyek-proyek pembangunan yang terintegrasi dari Upper-Mesir Laut Merah Road, zona ekonomi khusus di utara West Gulf Suez, mengembangkan industri teknologi, terintegrasi sipil dan pusat komersial di seluruh Mesir, mengembangkan pariwisata dan memperkenalkan kota medis baru. Skema komprehensif Swasta Kemitraan bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan yang tersedia di negara ini.

Kementrian Investasi Mesir  telah memperkenalkan pembiayaan perumahan bagi perekonomian Mesir, menerapkan reformasi besar di pasar modal dan restrukturisasi sektor asuransi. Langkah-langkah reformasi regulasi ini telah dimulai untuk memungkinkan sektor jasa keuangan non-bank untuk menampung produk-produk baru serta posisi Mesir sebagai pusat regional untuk jasa keuangan. Atas dasar kebijakan tersebut, maka didirikanlah beberapa lembaga yang mendukung kinerja investasi di Mesir, yaitu; Bursa Efek Nil (NILEX), Otoritas Pengawas Keuangan Mesir (EFSA), dan Dewan Auditor Pengawasan.


Catatan kaki :
1. Tarik M. Yousef, Egypt’s Growth Performance, (Kairo : ERF, 1998), hal. 15.
2. Krida A. Husna, Gammal Abdul Nasser dan Perannya dalam Penentuan Kebijakan Mesir, (Yogyakarta: UNY, 2010), hal. 91.
3. Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), Cet ke 1, Jilid III, hal. 127

Referensi :
Ministry of Finance, Egypt’s Five Year Macroeconomic Framework and Strategy FY 14/15 – FY 18/19, (Cairo: Official Publication of The Goverment Egypt, 2015).


 
Created by :
Anisa Intan D
1 EB 27/ 21214286