Kala lembayung mulai berubah jingga, menampakkan bayangan seorang gadis yang sedang berayun dibawah keteduhan pohon rindang. Datanglah derap langkah seorang laki-laki yang melambaikan tangannya, seolah ingin menyapa sang gadis.
Dari kejauhan sang gadis menerka-nerka, apa gerangan yang membuat sosok lelaki tersebut menghampiri. Dalam hatinya bergumam syair-syair kegelisahan ....
"Hatimu sekeras batu yang tak bisa ku ketuk
Keras dan hanya bertahan untuk dirimu sendiri
Putih dari ketulusan hanya mampu ku jalani
Tanpa asa yang entah kapan aku dapati
Seputih kertas tanpa goresan titik titik rasa hati
Pernah ada masa dimana kita saling merona
Bersama mawar-mawar kemerahan dalam taman-taman kisah
Tapi apakah semua rasa itu nyata? atau sekedar kiasan saja?"
Begitulah romansa yang menyelimuti hati sang gadis, penuh pertanyaan namun dengan sadar ia menempatkan harap.
Belum nampak raut wajah lelaki dan gadis saat bertemu. Belum juga tergambar kisah seperti apa yang akan diperankan. Barangkali masih ada cuplikan-cuplikan pertemuan lain. Hingga mereka saling mengiyakan tentang bagaimana ikatan mereka akan terjalin.
Malam 22 november 22