Strategi adalah penentuan tujuan dan sasaran jangka panjang
perusahaan,diterapkannya aksi dan alokasi sumber daya yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan yang telah di terapkan. Setiap perusahaan memiliki stategi yang
berbeda dalam menjalankan masing-masing usahanya. Michael Porter (1980)
menyatkan bahwa walaupun suatu perusahaan memiliki banyak kekuatan dan
kelemahan dalam berhadapan dengan para pesaing. Terdapat dua jenis dasar keunggulan
kompetitif yang dapat dimiliki oleh suatu perusahaan yaitu biaya rendah dan
deferensiasi yang sangat ditentukan oleh struktur industry. Porter kemudian
menyarankan tiga strategi yang harus di pertimbangkan oleh perusahaan yaitu
strategi keunggulan biaya (overall cost leadership), diferensiasi
(differentiation), dan fokus (focus) yang disebutnya sebagai strategi generik
(generic strategies). (Hay. Soraya, 2014).
Definisi Cost Leadership
David Hunger dan Thomas Wheelen (2003:245),
menyatakan bahwa strategi keunggulan biaya dengan biaya rendah (low cost)
adalah kemampuan perusahaan atau sebuah unit bisnis untuk merancang, membuat,
dan memasarkan sebuah produk sebanding dengan cara yang lebih efisien daripada
pesaingnya. Biaya Rendah (overal cost leadership) adalah usaha perusahaan untuk
menjadikan dirinya dengan tingkat efisiensi paling tinggi dan memiliki tingkat
biaya paling rendah.
Porter’s Competitive Strategies - Cost
Leadership:
•
Low-cost competitive strategy
•
Aimed at broad mass market
•
Aggressive construction of efficient-scale
facilities
•
Cost reductions
•
Cost minimization
Strategi
Cost leadership menekankan pada
upaya memproduksi produk standar (sama dalam segala aspek) dengan biaya per
unit yang sangat rendah. Produk ini biasanya ditujukan kepada konsumen yang
relatif mudah terpengaruh oleh pergeseran harga atau menggunakan harga sebagai
faktor penentu keputusan. Dari sisi perilaku pelanggan, strategi jenis ini amat
sesuai dengan kebutuhan pelanggan yang termasuk dalam kategori perilaku low-involvement, ketika
konsumen tidak (terlalu) peduli terhadap perbedaan merek, (relatif) tidak
membutuhkan pembedaan produk, atau jika terdapat sejumlah besar konsumen
memiliki kekuatan tawar-menawar yang signifikan.
Untuk dapat menjalankan strategi biaya rendah, sebuah perusahaan harus
mampu memenuhi syarat di dua bidang, yaitu sumber daya dan organisasi. Strategi
ini hanya mungkin dijalankan jika dimiliki beberapa keunggulan di bidang sumber
daya perusahaan, seperti kuat akan modal, terampil pada rekayasa proses,
pengawasan yang ketat, mudah diproduksi, serta biaya distribusi dan promosi
rendah. Sedangkan dari bidang Organisasi, perusahaan harus memiliki kemampuan
mengendalikan biaya dengan ketat, informasi pengendalian yang baik dan insentif
berdasarkan target. Berusaha untuk menjadi produsen berbiaya rendah dalam
industri bisa sangat efektif ketika pasar dibangun dari banyak pembeli yang
peka terhadap harga, ketika ada sejumlah cara untuk mencapai diferensiasi
produk, ketika para pembeli tidak terlalu memusingkan perbedaan dari merek yang
satu ke merek yang lain, atau ketika terdapat sejumlah besar pembeli dengan
daya tawar yang signifikan.
Manajemen Biaya dalam Cost Leadership
Kepemimpinan biaya dapat dicapai melalui suatu kombinasi berdasarkan
pengalaman dan skala efisiensi. Lebih khusus kepemimpinan biaya memerlukan
perhatian pada metode-metode produksi, biaya overhead, pelanggan marginal dan
meminimalisasi seluruh biaya seperti; biaya iklan, riset dan pengembangan
(R&D) dan sebagainya.
Pengendalian atas biaya dan upaya meminimalisasi biaya dalam segala
aspek juga perlu diperhatikan. Dalam hal ini konsep manajemen biaya strategis
menyatakan bahwa strategi yang berbeda memerlukan perspektif biaya yang berbeda
atau strategi yang berbeda memerlukan sistem manajemen biaya dan pengendalian
yang berbeda(Supriyono, 1999).
Keunggulan Strategi Cost Leadership
Menurut Jatmiko (2004), strategi biaya rendah berdasarkan kualitas
tertentu melaksanakan strategi biaya rendah, melalui peningkatan efisiensi dan
pemanfaatan situasi eksternal. Ada 3 nilai manfaat yang dihasilkan:
- Benefit parity, dimana perusahaan
menghasilkan produk yang menghasilkan manfaat atau kualitas yang sama, tetapi
dengan biaya rendah, karena perusahaan mencapai skala ekonomis.
- Benefit proximity, dimana perusahaan
menghasilkan manfaat/kualitas yang sedikit lebih rendah, tetapi dengan biaya
yang lebih murah, karena mempergunakan otomatisasi atau tenaga kerja yang lebih
murah, dan bahan baku lebih murah.
- Menghasilkan produk yang kualitasnya berbeda
atau lebih rendah dibandingkan dengan produk pesaingnya tetapi dengan biaya
yang lebih murah.
Perusahaan yang mampu membuat produk dengan biaya yang lebih rendah dan
menjualnya dengan harga yang dapat memberikan laba yang lebih besar
dibandingkan pesaing, maka perusahaan berada dalam posisi yang lebih baik,
yaitu :
- Memungkinkan perusahaan bertahan dalam
situasi persaingan perang harga dan menghalangi pesaing dengan biaya yang lebih
tinggi melakukan perang harga (untuk bertahan dari perang harga, menyerang dari
sudut harga, menikmati laba yang tinggi).
- Laba yang lebih tinggi dapat di investasikan
untuk memperbaiki kualitas dan efisiensi. Kemungkinan menghasilkan skala
ekonomi, tetapi banyak perusahaan tidak memanfaatkannya (karena keterbatasan
modal, informasi dan lainlain).
- Kenaikan bahan baku dari supplier dapat
diredam oleh keunggulan dalam biaya.
Keunggulan/kepemimpinan biaya (cost leadership) menekankan pemroduksian
produk-produk yang distandardisasi dengan biaya per unit yang sangat rendah
untuk para konsumen yang peka terhadap harga. Terdapat dua strategi alternatif
kepemimpinan biaya, yaitu:
- Strategi
biaya rendah (low-cost) yang menawarkan produk atau jasa kepada konsumen pada
harga terendah yang tersedia di pasar.
- Strategi
nilai terbaik (best-value) yang menawarkan produk atau jasa kepada konsumen
pada nilai harga terbaik yang tersedia di pasar.
Menurut Zainul Arifin (2010), ada beberapa alasan mengapa strategi cost
leadership memberikan daya tarik perusahaan :
- Dapat memberikan kemampuan terhadap
perusahaan untuk memperoleh pengembalian diatas rata-rata sekalipun menghadapi
kekuatan persaingan.
- Dapat mempertahankan perusahaan terhadap
persaingan dari para pesaing, karena sangat sulit bagi para pesaing untuk
bersaing berdasarkan harga.
- Perushaan dapat mempertahankan terhadap
pembeli-pembeli yang kuat, karena para pembeli hanya dapat mengerahkan tekanan
untuk menurunkan harga atas tingkat harga yang dutetapkan pesaing yang paling
efisien.
- Perusahaan dapat mempertahankan dalam melawan
kekuatan pemasok dengan memberikan kemudahan dalam kesepakatan untuk mengurangi
biaya masuk
- Kontribusi atau sumbangsih faktor-faktor
biaya rendah dapat menjadi kendala atau hambatan besar untuk masuk dalam
persaingan bagi perusahaan pendatang baru.
- Dapat menempatkan perusahaan dalam suatu
posisi yang menguntungkan untuk menghindari ataupun menangkis produk pengganti
dari para pesaing.
Salah satu langkah dalam pencapaian Cost Leadership yaitu dengan
melakukan pendekatan skala ekonomis dalam produksi. Menurut Pearson dan Wisner
(1993), economies of scale dapat dibagi menjadi dua yaitu volume economies of
scale dan learning economies of scale. Volume economies of scale adalah
penurunan biaya per unit yang diperoleh dari peningkatan kapasitas produksi.
Learning economies of scale menyangkut penurunan biaya per unit yang didapat
dari transformasi yang dialami perusahaan seperti peningkatan kemampuan karyawan,
proses produksi, dan perencanaan yang terakumulasikan sejalan dengan waktu.
Learning economies of scale ini berhubungan dengan konsep learning curve yang
menyatakan adanya penurunan biaya per unit apabila sebuah proses dilakukan
berulang kali.
Strategi biaya rendah merupakan skala ekonomi atau economic of scale
yaitu tujuan untuk mencapai ukuran minimum efisiensi antara hubungan
inputoutput, dan high quality products.
Contoh Perusahaan yang Menerapkan Strategi
Kepemimpinan Biaya
Air
Asia merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di industri penerbangan yang
telah menerapkan strategi penerapan harga murah (low cost carier / LCC)
dibandingkan dengan kompetitornya. Strategi ini dipilih karena sesuai dengan
target market yang dipilih oleh Air Asia yaitu konsumen penerbangan yang sangat
aware terhadap harga dan hanya membutuhkan maanfat utama dari produk dan
pelayanan industri penerbangan yaitu transportasi yang memindahkan konsumen
dari satu tempat ke tempat lain.
Masuknya
Air Asia ke segmen market ini didasari oleh pertimbangan bahwa masih banyaknya
penduduk Asia khususnya Asia Tenggara yang membutuhkan transpotasi yang cepat
melalui udara baik antar negara maupun antar daerah tetapi terkendala oleh
besarnya biaya penerbangan yang saat itu ada. Potensi segmen ini bertambah
semakin besar seiring dengan terjadinya switching konsumen penerbangan premium
atau biasa yang menginginkan harga yang lebih rendah. Swtiching ini banyak
dipengaruhi oleh turunnya daya beli konsumen penerbangan secara keseluruhan
sebagai akibat krisis yang melanda Asia.
Berikut
ini adalah strategi air asia dalam menekan biaya sehingga harga tiket Air Asia
dapat dibuat serendah mungkin.
1.
Kelas Tunggal
Seperti maskapai penerbangan berbiaya rendah
lainnya, AirAsia mengoperasikan layanan kelas tunggal tanpa embel-embel dan
dengan harga yang jauh lebih rendah: penumpang tidak menerima makanan, hiburan,
fasilitas (misalnya bantal atau tempat kosong), poin program loyalitas, atau
akses ke lounge bandara. Pesawat AirAsia dirancang untuk meminimalkan keausan,
waktu pembersihan dan biaya. Hal ini mengurangi biaya pembersihan dan
pemeliharaan, waktu bongkar muat dan biaya, dan memungkinkan perputaran lebih
cepat antara penerbangan, meningkatkan efisiensi proses (diferensiasi) dan
memiliki biaya lebih rendah (keuntungan biaya).
2. Pemanfaatan
Pesawat Tinggi dan Operasi yang Efisien
Dibandingkan
dengan maskapai lain, penggunaan pesawat dan staf AirAsia lebih efisien.
Efisiensi dan utilisasi (tinggi) tersebut berarti bahwa biaya overhead dan
biaya tetap yang terkait dengan pesawat terbang lebih rendah secara per
penerbangan. Misalnya, konfigurasi tempat duduk untuk pesawat Boeing 737-300
AirAsia dimaksimalkan, memiliki 16 kursi lebih banyak daripada konfigurasi
standar yang diadopsi oleh pesaing layanan penuh.
Selain
itu, pesawat AirAsia (yaitu layanan point-to-point membuat penerbangan tidak
lebih dari 4 jam, meminimalkan waktu penyelesaian), dan karyawan (didorong
untuk melakukan banyak peran), digunakan secara lebih efektif dan intensif
daripada pesaing. Misalnya, layanan point-to-point (pada tahun 2004)
memungkinkan AirAsia mengoperasikan pesawatnya rata-rata sekitar 13 jam / hari.
Saat itu 2,5 jam lebih efisien maka maskapai penerbangan full service, yang
hanya berhasil menggunakan pesawat mereka rata-rata 10,5 jam / hari.
Selanjutnya, waktu perputaran rata-rata untuk pesawat AirAsia lebih rendah
(misalnya 25 menit), dibandingkan dengan maskapai penerbangan layanan penuh
(misalnya 45-120 menit).
3.
Tipe Pesawat Tunggal
Mengoperasikan jenis pesawat terbang tunggal
memungkinkan AirAsia memiliki penghematan biaya yang besar: perawatan
disederhanakan (misalnya dibuat lebih murah), persediaan suku cadang
diminimalkan, kebutuhan infrastruktur dan peralatan berkurang, kebutuhan staf
dan pelatihan diturunkan (mudah untuk pengiriman pilot), dan syarat pembelian
yang lebih baik bisa dinegosiasikan.
Misalnya, pembelian besar A-320s akan membuat
AirAsia menjadi maskapai penerbangan berbiaya rendah yang relatif sedikit yang
mengoperasikan pesawat ini. Dengan biaya bahan bakar hampir 50% dari total
biaya operasi untuk maskapai ini, A-320s akan memberikan penghematan biaya
penting untuk penggunaan bahan bakar lebih rendah sekitar 12%; meningkatkan
profitabilitas perusahaan penerbangan.
4.
Biaya Tetap Rendah
AirAsia mencapai biaya tetap rendah melalui
negosiasi yang berhasil untuk tingkat sewa rendah untuk pesawat terbangnya,
suku bunga rendah untuk kontrak perawatan jangka panjangnya, dan biaya bandara
yang rendah. Hal ini memungkinkan AirAsia mengurangi biaya overhead dan
investasi peralatan secara substansial tanpa adanya layanan pinggiran.
Sebagai hasil dari negosiasi yang berhasil,
biaya sewa kontrak AirAsia per pesawat menurun lebih dari 60% dari tahun 2001
sampai 2004. Biaya kontrak pemeliharaan pesawat juga dilaporkan jauh lebih
rendah daripada maskapai penerbangan lainnya, memberi AirAsia keunggulan
kompetitif, yang kemudian ditambah dengan armada mudanya. Selanjutnya, standar
keselamatan dan pemeliharaan yang tinggi memungkinkan AirAsia untuk mendapatkan
tarif yang sesuai dengan polis asuransinya.
5.
Biaya Distribusi Rendah
Dengan memanfaatkan teknologi informasi
(yaitu menjadi maskapai penerbangan pertama di Asia Tenggara yang menggunakan
e-ticketing, melewati agen perjalanan tradisional), AirAsia mencapai biaya
distribusi rendah dengan menghilangkan kebutuhan akan sistem pemesanan /
reservasi yang besar dan mahal, dan komisi agen. Ini menghemat biaya penerbitan
tiket fisik (kira-kira US $ 10 per tiket).
6.
Meminimalkan Beban Personel
Karena porsi biaya yang tinggi adalah gaji
dan tunjangan bagi karyawannya, AirAsia menerapkan peraturan kerja yang
fleksibel, menyederhanakan fungsi administratif, yang memungkinkan karyawan
untuk melakukan banyak peran dalam struktur organisasi yang sederhana dan
datar. Memiliki karyawan yang melakukan banyak peran memungkinkan AirAsia untuk
mempekerjakan lebih sedikit karyawan per pesawat (yaitu rasio 106 per pesawat
versus 110 karyawan atau lebih untuk pesaing), menghemat biaya overhead dan
memaksimalkan produktivitas karyawan, karena efisiensi proses ditingkatkan.
Karyawan AirAsia tidak tergabung, oleh karena
itu kebijakan perumusannya berfokus pada memaksimalkan efisiensi dan
produktivitas, sekaligus menjaga biaya staf pada tingkat yang sesuai dengan
standar industri carrier murah. Meskipun gaji yang diberikan kepada karyawan
berada di bawah pesaing, semua karyawan diberi berbagai insentif (yaitu bonus
produktivitas dan kinerja berbasis, penawaran saham, dan opsi saham).
Sebagai tambahan, daripada skala gaji per jam
untuk pilotnya, AirAsia mengadopsi kebijakan pembayaran sektor: pilot diberi
insentif untuk meningkatkan efisiensi operasi penerbangan dengan menjaga
penerbangan dan waktu operasi seminimal mungkin, dan untuk mencakup sebanyak
mungkin sektor penerbangan dalam hari. Tidak adanya layanan in-flight
memungkinkan maskapai penerbangan mengurangi jumlah awak kabin per lampu,
menghemat biaya karyawan.
7.
Memaksimalkan Cakupan Media
Menjadi pemimpin di kalangan maskapai
penerbangan hemat di Asia Tenggara, AirAsia mendapat liputan reguler dari
media. AirAsia berhasil mempromosikan kesadaran merek tanpa menimbulkan biaya
penjualan dan pemasaran yang tinggi: dalam semua penampilan medianya, Frenandes
selalu tampil mengenakan topi bisbol AirAsia merah dan pernyataannya memperkuat
posisi AirAsia untuk menawarkan harga rendah; membangkitkan perhatian media
untuk maskapai ini.
Namun, AirAsia juga melakukan investasi besar
bila diperlukan: sponsor utama AirAsia untuk Manchester United, melibatkan
sponsor dan iklan global, dan mempromosikan merek tersebut di luar wilayah
tersebut.
8.
Penggunaan Bandara Sekunder
AirAsia, seperti kebanyakan maskapai
penerbangan low-cast lainnya, biasanya beroperasi di luar bandara sekunder yang
memungkinkan AirAsia mengenakan tarif lebih rendah, karena biaya operasi lebih
rendah: biaya pendaratan, parkir, dan ground handling lebih rendah, dengan
lebih banyak slot untuk pendaratan dan pelepasan.
9.
Filosofi Biaya rendah
Untuk memperkuat struktur biaya rendah,
AirAsia menanamkan budaya berbiaya rendah, menekankan pada penghindaran biaya.
Misalnya, penekanan ditempatkan pada penghapusan hamparan yang dapat dihindari
seperti biaya tag (walaupun biaya tag tag kurang dari US $ 0,05), mematikan
lampu kabin pada waktu yang tepat, dan tidak terlalu panas dalam oven
penerbangan. Langkah penghematan biaya tersebut memungkinkan AirAsia mencapai
biaya per kursi rata-rata kilometer sebesar US $ 0,0213 (yang terendah untuk
maskapai penerbangan manapun di dunia), dengan margin 38% (sebelum pajak,
bunga, penyusutan, dan amortisasi) menjadi yang tertinggi di dunia pada tahun
2004.
Oleh karena itu, sebagai kesimpulan, dengan menghilangkan penyediaan
layanan penerbangan dalam jumlah mahal, menerbangkan armada standar, menjual
tiket ke penumpang, dan meminimalkan biaya tenaga kerja, fasilitas dan biaya
overhead, AirAsia berhasil mencapai struktur biaya rendah yang sukses, yang
memungkinkannya untuk mengenakan harga yang lebih rendah untuk mencapai beban
penumpang tinggi, pangsa pasar, dan profitabilitas.
Referensi :
Hay, Soraya. 2014, ”Strategi Keunggulan Bersaing Pt Bank Bni Syariah
Cabang Dharmawangsa Surabaya Dalam Meningkatkatkan Jumlah Nasabah”, Semarang:
Digital Library UIN Sunan Ampel
Hunger, David dan Wheleen, Thomas. 2003, “Manajemen Strategis”,
Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Jatmiko, RD, 2004, Manajemen Strategik, Edisi Pertama, UMM Press,
Malang.
Zainul Arifin, “Strategi Unggulan”, Jurnal Administrasi Bisnis Vol 1,
No.1 November 2010, Universitas Brawijaya
Anisa Intan Damayanti
21214286