Tentunya
kalian masih ingat dengan keputusan Presiden Jokowi yang belum lama ini
menaikkan tarif BBM bukan? Beliau dengan pemerintahan barunya membuat kebijakan
untuk memangkas anggaran subsidi BBM yang dialokasikan untuk bidang pendidikan
dan kesehatan terhitung sejak 17 Nov 2014. Disamping kenaikan tarif BBM, Dirjen
Kelistrikan Kementrian ESDM juga telah mengumumkan akan adanya kenaikan Tarif
Dasar Listrik (TDL) di delapan golongan pada Januari 2015.
Atas
kedua hal tersebut, masyarakat pasti sudah tahu jelas bahwa harga barang-barang
produksi dan jasa yang dinikmati juga akan mengalami kenaikan tarif.
Maka
pada artikel kali ini, saya akan sedikit memberi gambaran atas harga pokok
produksi yang menjadi titik dasar penentuan harga jual produk (barang/jasa) ke
konsumen.
Harga
pokok produksi (HPP) adalah penjumlahan seluruh pengorbanan sumber ekonomi yang
digunakan untuk mengubah bahan baku menjadi produk. Umumnya istilah HPP
digunakan untuk jenis usaha manufaktur atau dalam usaha jasa HPP adalah
penjumlahan seluruh pengorbanan ekonomis
Penggolongan biaya berdasarkan hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai |
Umumnya
biaya produksi terbagi menjadi tiga, yaitu :
a. Biaya bahan baku
Terjadi
karena adanya pemakaian bahan baku. Biaya bahan baku merupakan harga pokok
bahan baku yang dipakai dalam produksi untuk membuat barang atau produk, biasanya
100% bahan baku merupakan masuk dalam produk yang telah jadi.
Dampak
kenaikan tarif BBM misalnya dalam pembelian bahan baku. Pembelian bahan baku
membutuhkan ongkos angkut, apabila tarif BBM naik, maka total cost angkutan
juga naik. Atas kenaikan ongkos angkut tersebut, akhirnya biaya bahan baku juga
naik.
Contoh
kasus :
PT.A
adalah sebuah perusahaan manufaktur pembuat pakaian. Produknya dijual di
Indonesia dan di ekspor. Bahan baku dibeli dari dalam negeri, biasanya 1
kontainer memuat 10.000 gulung (dengan harga Rp1.000.000 per gulung) bahan dan
diangkut dengan solar 200 liter per kontainer. Ongkos sewa kontainer Rp30.000
per gulung. Asuransi 2% dari nilai bahan baku. Tiap bulan PT. A membutuhkan 5.000.000
gulung bahan. Hitunglah dampak perubahan kenaikan BBM terhadap pembelian bahan
baku untuk bulan Desember.
Sebelum
kenaikan BBM
|
Setelah
kenaikan BBM
|
|
Bahan
baku (kain)
|
5.000.000
x Rp.1.000.000
=
Rp5.000.000.000
|
5.000.000
x Rp.1.000.000
=
Rp5.000.000.000
|
BBM
untuk kontainer
|
(5.000.000
: 10.000) x 200 x Rp5.500
=
Rp.550.000.000
|
(5.000.000
: 10.000) x 200 x Rp7.500
=
Rp.750.000.000
|
Ongkos
sewa kontainer
|
5.000.000
x Rp30.000
=
Rp150.000.000
|
5.000.000
x Rp30.000
=
Rp150.000.000
|
Asuransi
|
2%
x Rp5.000.000.000
=
Rp.100.000.000
|
2%
x Rp5.000.000.000
=
Rp.100.000.000
|
Jumlah
|
Rp.
5.800.000.000
|
Rp.
6.000.000.000
|
Terdapat
selisih Rp.200.000.000 atas biaya bahan baku setelah adanya kenaikan tarif BBM.
Selisih ini tentunya akan mempengaruhi nilai harga produk jadi.
b. Biaya tenaga kerja langsung
Biaya
ini timbul ketika pemakaian biaya berupa tenaga kerja yang dilakukan untuk
mengolah bahan menjadi barang jadi, biaya tenaga kerja langsung merupakan gaji
dan upah yang diberikan kepada tenaga kerja yang langsung terlibat dalam
pengolahan bahan menjadi produk.
Dampak
kenaikan tarif BBM dalam biaya tenaga kerja langsung antara lain Perusahaan
harus menambah variabel tunjangan transportasi dalam gaji tenaga kerja
produksi.
Contoh
kasus:
PT.A
adalah sebuah perusahaan manufaktur pembuat pakaian. Produknya dijual di
Indonesia dan di ekspor .PT.A memiliki 2.000 orang buruh produksi. Komponen
gaji para buruh produksi adalah sebagai berikut :
Gaji
pokok : 1.700.000
Tunj.
Makan : 15.000/ hari
Tunj.
Transport : 5.000/hari
Tunj.
Kesehatan : 50.000
Manajemen
memutuskan, mulai Desember 2014 tunjangan makan dan transport buruh produksi
dinaikan 20% karena adanya kenaikan tarif BBM. Hitunglah besarnya biaya tenaga
kerja langsung PT. A bulan Desember.
Sebelum
kenaikan BBM
|
Setelah
kenaikan BBM
|
|
Gaji
pokok
|
2.000
x Rp.1.700.000
=
3.400.000.000
|
2.000
x Rp.1.700.000
=
3.400.000.000
|
Tunj.
Makan
|
2.000
x Rp.15.000 x 26 hari
=
780.000.000
|
2.000
x Rp.18.000 x 26 hari
=
936.000.000
|
Tunj.
Transport
|
2.000
x Rp.5000 x 26 hari
=
260.000.000
|
2.000
x Rp.6000 x 26 hari
=
312.000.000
|
Tunj.
Kesehatan
|
2.000
x Rp.50.000
=
100.000.000
|
2.000
x Rp.50.000
=
100.000.000
|
Jumlah
|
Rp.4.540.000.000
|
Rp.4.748.000.000
|
Selisih
biaya buruh produksi antara sebelum kenaikan BBM dan sesudah kenaikan BBM
adalah Rp208.000.000
c. Biaya overhead pabrik
Dan
biaya overhead pabrik timbul akibat pemakain fasilitas-fasilitas yang digunakan
untuk mengolah bahan seperti mesin, alat-alat, tempat kerja dan sebagainya. Dan
yang lebih jelas lagi adalah biaya overhead pabrik terdiri dari baiaya diluar
dari biaya bahan baku.
Pengaruh
kenaikan harga BBM untuk biaya overhead pabrik, kemungkinan terjadi untuk
pembayaran listrik karena TDL juga akan naik di Januari 2015. Selanjutnya
adalah bahan pembantu, biaya gaji tidak langsung, biaya pemeliharaan
mesin-mesin produksi dan lain-lain.
Contoh
kasus:
PT.A
adalah sebuah perusahaan manufaktur pembuat pakaian. Produknya dijual di
Indonesia dan di ekspor. Selama bulan November 2014 biaya overhead pabrik yang
dikeluarkan adalah sebesar Rp.1.000.000.000 dan disetimasikan bulan Desember
2014 akan naik sebesar 15%.
Sebelum
kenaikan BBM
|
Setelah
kenaikan BBM
|
|
Biaya
overhead pabrik
|
Rp.1.000.000.000
|
Rp.1.150.000.000
|
Selisih
biaya overhead pabrik adalah Rp.150.000.000
Setelah
ketiga contoh kasus diatas, kita dapat menyandingkan ketiganya untuk membuat
perhitungan biaya produksi. Metode yang digunakan adalah metode harga pokok
proses karena produk yang dipasarkan adalah produk masal.
Contoh
kasus :
Pada
awal Desember 2014, masih ada biaya dalam proses bulan November 2014 sebesar
Rp2.400.000.000. Pemakaian bahan baku yang menghasilkan produk jadi sebesar 80%
dari total pembelian bahan baku, dan sisanya produk dalam proses. Produksi yang
dihasilkan untuk bulan Desember sebanyak 300.000 unit. Hitunglah harga pokok
produksinya? Berapa harga jualnya apabila perusahaan mengambil margin sebesar
25% terhadap produk yang dijual?
Sebelum kenaikan BBM
|
Setelah kenaikan BBM
|
|
Harga
pokok BDP awal Nov
|
Rp.2.400.000.00
|
Rp.2.400.000.00
|
Biaya
produksi Des
|
||
-
Biaya
bahan baku
|
80%
x Rp. 5.800.000.000
=4.640.000.000
|
80%x Rp. 6.000.000.000
=
Rp.4.800.000.000
|
-
Biaya
tenaga kerja langsung
|
Rp.4.540.000.000
|
Rp.4.748.000.000
|
-
Biaya
overhead pabrik
|
Rp.1.000.000.000
|
Rp.1.150.000.000
|
Harga pokok produksi barang Des
|
Rp.12.580.000.000
|
Rp.13.098.000.000
|
Produk
yang di produksi
|
300.000 unit
|
300.000 unit
|
HPP
per produk
|
Rp.41.933,33
|
Rp.43.660,00
|
Harga jual (HPP + margin 25%)
|
Rp.52.416,66
|
Rp.54.575,00
|
Setelah dihitung maka harga jual
produk dari pabrik selisih Rp.2.158,00.
Sekarang
saya gambarkan alur produk sampai ke konsumen :
estimasi alur distribusi |
Selisih harga pada saat sampai ke
konsumen adalah Rp.6.766,50 .
Setelah
dihitung, hasil selisihnya lumayan besar juga. Ini baru satu produk, sedangkan
kebutuhan masyarakat umumnya terdiri dari banyak produk yang di konsumsi. Semoga
masyarakat dapat lebih cermat lagi mengatur pola konsumsi, sehingga mereka bisa
menghemat lebih besar pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari.
Disamping
itu, peran pemerintah sangatlah besar dalam mengatasi dampak kenaikan harga
produk ini. Pemerintah harus bisa menstabilkan harga-harga kebutuhan pokok.
Apabila kenaikan sudah diambang batas kemampuan daya beli mayoritas masyarakat,
maka kebijakan harga perlu diatur ulang. Selain itu, pemerintah juga harus
mengupayakan peningkatan pendapatan per kapita bagi masyarakat agar mereka mampu
memenuhi kebutuhan hidupnya. Jika pemerintah tidak melakukan tugasnya atas
dampak kenaikan harga BBM ini, maka Indonesia akan semakin banyak mencetak
angka kemiskinan.
Created
by:
Anisa
Intan Damayanti
1
EB 27/ 21214286
Referens:
http://akhmadarief.blogspot.com/2013/11/harga-pokok-produksi_5833.html
http://muhammadzhafarlabib.blogspot.com/2011/09/definisi-saluran-distribusi-dan.html
Buku Akuntansi SMK seri C (Hendi Somantri)
No comments:
Post a Comment