Friday, 26 December 2014

Dampak kenaikan harga BBM terhadap perhitungan harga produk



Tentunya kalian masih ingat dengan keputusan Presiden Jokowi yang belum lama ini menaikkan tarif BBM bukan? Beliau dengan pemerintahan barunya membuat kebijakan untuk memangkas anggaran subsidi BBM yang dialokasikan untuk bidang pendidikan dan kesehatan terhitung sejak 17 Nov 2014. Disamping kenaikan tarif BBM, Dirjen Kelistrikan Kementrian ESDM juga telah mengumumkan akan adanya kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) di delapan golongan pada Januari 2015.

Atas kedua hal tersebut, masyarakat pasti sudah tahu jelas bahwa harga barang-barang produksi dan jasa yang dinikmati juga akan mengalami kenaikan tarif.
Maka pada artikel kali ini, saya akan sedikit memberi gambaran atas harga pokok produksi yang menjadi titik dasar penentuan harga jual produk (barang/jasa) ke konsumen.

Harga pokok produksi (HPP) adalah penjumlahan seluruh pengorbanan sumber ekonomi yang digunakan untuk mengubah bahan baku menjadi produk. Umumnya istilah HPP digunakan untuk jenis usaha manufaktur atau dalam usaha jasa HPP adalah penjumlahan seluruh pengorbanan ekonomis 
Penggolongan biaya berdasarkan hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai


Umumnya biaya produksi terbagi menjadi tiga, yaitu :

a.         Biaya bahan baku
Terjadi karena adanya pemakaian bahan baku. Biaya bahan baku merupakan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi untuk membuat barang atau produk, biasanya 100% bahan baku merupakan masuk dalam produk yang telah jadi.

Dampak kenaikan tarif BBM misalnya dalam pembelian bahan baku. Pembelian bahan baku membutuhkan ongkos angkut, apabila tarif BBM naik, maka total cost angkutan juga naik. Atas kenaikan ongkos angkut tersebut, akhirnya biaya bahan baku juga naik.

Contoh kasus :
PT.A adalah sebuah perusahaan manufaktur pembuat pakaian. Produknya dijual di Indonesia dan di ekspor. Bahan baku dibeli dari dalam negeri, biasanya 1 kontainer memuat 10.000 gulung (dengan harga Rp1.000.000 per gulung) bahan dan diangkut dengan solar 200 liter per kontainer. Ongkos sewa kontainer Rp30.000 per gulung. Asuransi 2% dari nilai bahan baku. Tiap bulan PT. A membutuhkan 5.000.000 gulung bahan. Hitunglah dampak perubahan kenaikan BBM terhadap pembelian bahan baku untuk bulan Desember.




Sebelum kenaikan BBM

Setelah kenaikan BBM
Bahan baku (kain)
5.000.000 x Rp.1.000.000
= Rp5.000.000.000
5.000.000 x Rp.1.000.000
= Rp5.000.000.000
BBM untuk kontainer
(5.000.000 : 10.000) x 200 x Rp5.500
= Rp.550.000.000
(5.000.000 : 10.000) x 200 x Rp7.500
= Rp.750.000.000
Ongkos sewa kontainer
5.000.000 x Rp30.000
= Rp150.000.000
5.000.000 x Rp30.000
= Rp150.000.000
Asuransi
2% x Rp5.000.000.000
= Rp.100.000.000
2% x Rp5.000.000.000
= Rp.100.000.000
Jumlah
Rp. 5.800.000.000
Rp. 6.000.000.000

Terdapat selisih Rp.200.000.000 atas biaya bahan baku setelah adanya kenaikan tarif BBM. Selisih ini tentunya akan mempengaruhi nilai harga produk jadi.


b.         Biaya tenaga kerja langsung
Biaya ini timbul ketika pemakaian biaya berupa tenaga kerja yang dilakukan untuk mengolah bahan menjadi barang jadi, biaya tenaga kerja langsung merupakan gaji dan upah yang diberikan kepada tenaga kerja yang langsung terlibat dalam pengolahan bahan menjadi produk.

Dampak kenaikan tarif BBM dalam biaya tenaga kerja langsung antara lain Perusahaan harus menambah variabel tunjangan transportasi dalam gaji tenaga kerja produksi.

Contoh kasus:
PT.A adalah sebuah perusahaan manufaktur pembuat pakaian. Produknya dijual di Indonesia dan di ekspor .PT.A memiliki 2.000 orang buruh produksi. Komponen gaji para buruh produksi adalah sebagai berikut :
Gaji pokok         : 1.700.000
Tunj. Makan      : 15.000/ hari
Tunj. Transport  : 5.000/hari
Tunj. Kesehatan : 50.000
Manajemen memutuskan, mulai Desember 2014 tunjangan makan dan transport buruh produksi dinaikan 20% karena adanya kenaikan tarif BBM. Hitunglah besarnya biaya tenaga kerja langsung PT. A bulan Desember.
 



Sebelum kenaikan BBM
Setelah kenaikan BBM

Gaji pokok
2.000 x Rp.1.700.000
= 3.400.000.000
2.000 x Rp.1.700.000
= 3.400.000.000
Tunj. Makan
2.000 x Rp.15.000 x 26 hari
= 780.000.000
2.000 x Rp.18.000 x 26 hari
= 936.000.000
Tunj. Transport
2.000 x Rp.5000 x 26 hari
= 260.000.000
2.000 x Rp.6000 x 26 hari
= 312.000.000
Tunj. Kesehatan
2.000 x Rp.50.000
= 100.000.000
2.000 x Rp.50.000
= 100.000.000
Jumlah
Rp.4.540.000.000
Rp.4.748.000.000


Selisih biaya buruh produksi antara sebelum kenaikan BBM dan sesudah kenaikan BBM adalah Rp208.000.000


c.         Biaya overhead pabrik
Dan biaya overhead pabrik timbul akibat pemakain fasilitas-fasilitas yang digunakan untuk mengolah bahan seperti mesin, alat-alat, tempat kerja dan sebagainya. Dan yang lebih jelas lagi adalah biaya overhead pabrik terdiri dari baiaya diluar dari biaya bahan baku.

Pengaruh kenaikan harga BBM untuk biaya overhead pabrik, kemungkinan terjadi untuk pembayaran listrik karena TDL juga akan naik di Januari 2015. Selanjutnya adalah bahan pembantu, biaya gaji tidak langsung, biaya pemeliharaan mesin-mesin produksi dan lain-lain.

Contoh kasus:
PT.A adalah sebuah perusahaan manufaktur pembuat pakaian. Produknya dijual di Indonesia dan di ekspor. Selama bulan November 2014 biaya overhead pabrik yang dikeluarkan adalah sebesar Rp.1.000.000.000 dan disetimasikan bulan Desember 2014 akan naik sebesar 15%.




Sebelum kenaikan BBM

Setelah kenaikan BBM
Biaya overhead pabrik
Rp.1.000.000.000
Rp.1.150.000.000

Selisih biaya overhead pabrik adalah Rp.150.000.000


Setelah ketiga contoh kasus diatas, kita dapat menyandingkan ketiganya untuk membuat perhitungan biaya produksi. Metode yang digunakan adalah metode harga pokok proses karena produk yang dipasarkan adalah produk masal.

Contoh kasus :
Pada awal Desember 2014, masih ada biaya dalam proses bulan November 2014 sebesar Rp2.400.000.000. Pemakaian bahan baku yang menghasilkan produk jadi sebesar 80% dari total pembelian bahan baku, dan sisanya produk dalam proses. Produksi yang dihasilkan untuk bulan Desember sebanyak 300.000 unit. Hitunglah harga pokok produksinya? Berapa harga jualnya apabila perusahaan mengambil margin sebesar 25% terhadap produk yang dijual?




Sebelum kenaikan BBM

Setelah kenaikan BBM
Harga pokok BDP awal Nov
Rp.2.400.000.00
Rp.2.400.000.00
Biaya produksi Des


-        Biaya bahan baku
80% x Rp. 5.800.000.000
=4.640.000.000
80%x Rp. 6.000.000.000
= Rp.4.800.000.000
-       Biaya tenaga kerja langsung
Rp.4.540.000.000
Rp.4.748.000.000
-        Biaya overhead pabrik
Rp.1.000.000.000
Rp.1.150.000.000
Harga pokok produksi barang Des
Rp.12.580.000.000
Rp.13.098.000.000
Produk yang di produksi
300.000 unit
300.000 unit
HPP per produk
Rp.41.933,33
Rp.43.660,00
Harga jual (HPP + margin 25%)
Rp.52.416,66
Rp.54.575,00
Setelah dihitung maka harga jual produk dari pabrik selisih Rp.2.158,00.

 
Sekarang saya gambarkan alur produk sampai ke konsumen :

estimasi alur distribusi


Selisih harga pada saat sampai ke konsumen adalah Rp.6.766,50 .

Setelah dihitung, hasil selisihnya lumayan besar juga. Ini baru satu produk, sedangkan kebutuhan masyarakat umumnya terdiri dari banyak produk yang di konsumsi. Semoga masyarakat dapat lebih cermat lagi mengatur pola konsumsi, sehingga mereka bisa menghemat lebih besar pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari.

Disamping itu, peran pemerintah sangatlah besar dalam mengatasi dampak kenaikan harga produk ini. Pemerintah harus bisa menstabilkan harga-harga kebutuhan pokok. Apabila kenaikan sudah diambang batas kemampuan daya beli mayoritas masyarakat, maka kebijakan harga perlu diatur ulang. Selain itu, pemerintah juga harus mengupayakan peningkatan pendapatan per kapita bagi masyarakat agar mereka mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Jika pemerintah tidak melakukan tugasnya atas dampak kenaikan harga BBM ini, maka Indonesia akan semakin banyak mencetak angka kemiskinan.

Created by:
Anisa Intan Damayanti
1 EB 27/ 21214286

Referens:
Buku Akuntansi SMK seri C (Hendi Somantri) 
 



 

No comments:

Post a Comment