Friday 19 December 2014

MELEMAHNYA NILAI TUKAR RUPIAH





Akhir tahun 2014 sangat tidak menggembirakan karena nilai tukar rupiah yang melorot tajam. Selasa,16 Desember 2014, kurs rupiah pada USD mencapai 12.835. Nilai tersebut adalah titik terendah nilai tukar rupiah sejak era krisis 1998. Namun, rupiah membaik setelah tanggal tersebut, yang terakhir pada posisi 12.437.
Mengapa bisa demikian? Apa saja dampaknya? Lalu bagaimana mengatasi dampaknya? Banyak sekali argumen dari para ekonom bahkan plitikus negeri dalam menanggapi hal ini. Nilai tukar rupiah yang semakin menurun bukanlah persoalan sepele, hal ini sangat berkaitan erat dengan ekonomi makro Indonesia. 

sumber : Bank Indonesia


Penyebab nilai tukar rupiah melorot

Nilai tukar akan berubah setiap waktu berdasarkan keadaan ekonomi suatu wilayah. Nilai mata uang akan cenderung meningkat apabila permintaan lebih besar dari pasokan yang tersedia, sedangkan nilai mata uang akan menurun apabila permintaan kurang dari suplai yang tersedia. Permintaan dan penawaran atas hal tersebut disebabkan oleh berbagai faktor dalam aktivitas bisnis sebuat negara, baik secara internal maupun ekternal. Faktor yang menyebabkan nilai tukar mata uang  berfluktuasi antara lain; tingkat suku bunga, tingkat inflasi, neraca perdagangan, hutang publik, tingkat rasio ekspor impor, hasil produksi domestik, tingkat pengangguran, tingkat pendapatan dan kestabilan ekonomi dan politik.

Yang menjadi pembahasan kali ini adalah penyebab turunnya rupiah terhadap USD yang mencapai nilai 12.835.
Menurut saya, ada beberapa hal yang dapat dijadikan alasan terkait menurunnya dolar beberapa hari lalu antara lain;
 
1.         Pembahasan suku bunga The Fed
Minggu ini, The Fed (bank sentral AS) akan mengadakan pertemuan pembahasan suku bunga. Atas rencana tersebut, maka muncul ketidakpastian apakah suku bunga akan dinaikan atau tidak. Hal tersebut akhirnya membuat spekulasi tersendiri bagi para pemilik modal di Indonesia. Banyak dari mereka yang berekpetasi atas naiknya suku bunga di Amerika, yang kemudian berencana mengambil investasinya/menarik modalnya di Indonesia, sehingga nilai tukar rupiah kita turun.
Isu pembahasan suku bunga oleh The Fed ini juga akhirnya mengguncang berbagai nilai mata uang negara lain, jadi bukan indonesia saja yang terkena imbasnya.

2.        Pembayaran utang luar negeri
Menurut SULNI (Statistik Utang Luar Negeri Indonesia), pada bulan Nov-Des 14 direncanakan akan membayar utang luar negeri sebesar USD 1.898 juta.
Pembayaran utang luar negeri tersebut berpengaruh terhadap nilai tukar mata uang, dikarenakan pada saat pembayaran, permintaan atas dolar meningkat, sehingga menurunkan nilai mata uang rupiah. Selain itu, waktu ini juga merupakan masa pembayaran dividen dalam bentuk dolar kepada perusahaan bermodal asing.

3.       Tingkat inflasi
Inflasi pada bulan Nov 14 pada tingkat 1,5%. Tekanan inflasi domestik ini disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar minyak, yang kemudian berimbas pada kenaikan harga beberapa kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan 2,15%; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,71%; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,49%; kelompok kesehatan 0,43 % ; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga 0,08%; serta transpor, komunikasi, dan jasa keuangan 4,29%. Sedangkan kelompok sandang mengalami penurunan indeks 0,08%.

Sumber : Badan Pusat Statistik


4.       Ekspor Impor

Nilai ekspor Indonesia Oktober 2014 mencapai USD 15,35 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 0,49% dibanding ekspor September 2014. Sementara bila dibanding Oktober 2013 mengalami penurunan sebesar 2,21%. Peningkatan ekspor terbesar terhadap September 2014 yaitu dari lemak dan minyak hewan/nabati.
Nilai impor Indonesia Oktober 2014 mencapai USD 15,33 miliar atau turun 1,40 persen dibanding September 2014. Demikian pula jika dibanding Oktober 2013 turun 2,21 persen, dikarenakan nilai impor golongan barang konsumsi, bahan baku/penolong, dan barang modal mengalami penurunan.
                   
Meskipun demikian kita harunya lebih berhati-hati pada perdangangan internasional. Diupayakan agar menekan nilai impor migas agar surplus yang dihasilkan lebih besar.
Sumber : Badan Pusat Statistik

  

Dampak menurunnya nilai tukar rupiah 
Sudah jelas rasanya, jika nilai tukar rupiah menurun maka stabilitas ekonomi nasional akan terganggu. Dampak buruk yang utama adalah melemahnya devisa negara. Besarnya kebutuhan warga Indonesia atas barang impor tidak bisa dipungkiri. Hal ini tentunya akan sangat menambah defisit neraca pendangangan yang sudah mencapai USD 1,64 milyar selama Jan-Okt 2014.

Selanjutnya adalah tekanan Inflasi yang tinggi atas impor bahan baku. Pengusaha yang mengimpor bahan bakunya akan lebih banyak lagi menggunakan dolar sehingga cost pembuatan produk tinggi, sedangkan bagi  mereka sulit untuk menaikkan harga saat ini. Karena mereka sudah menaikkan harga pada saat harga bahan bakar minyak naik.

Yang sangat riskan adalah beban anggaran negara. Sektor utang luar negeri pasti akan mengalami kenaikan, sehingga hal ini berdampak pada APBN. Setiap depresi Rp100 per 1 USD, biaya utang negara naik Rp207 milyar, atau sebesar Rp 2 Triliun jika rupiah menurun Rp1.000. Selain itu, berdasarkan data Kemetrian Keuangan, jika rupiah melemah Rp100, maka defisit anggaranbertambah Rp940,4 milyar- Rp1,21 Triliun. Jadi, jika melemah Rp1.000 maka akan terjadi defisit anggaran sebesar Rp9-12 Triliun. Jumlah yang fantastis bukan, pemerintah hendaknya membuat kebijakan fiskal untuk mengoptimalkan penerimaan APBN.

Disisi lain, apabila nilai mata uang rupiah semakin melemah maka kepercayaan para investor juga akan semakin menurun. Dampaknya sulit bagi Indonesia untuk dapat suntikan dana modal sebagai faktor pembangunan ekonomi nasional.


Strategi stabilitas ekonomi saat rupiah melemah

Keterpurukan rupiah saat ini, merupakan maslah ekonomi makro yang harus diatasi secara bersama-sama antara pemerintah dan masyarakat. Bila terjadi suatu kerjasama yang baik antara pemerintah dan para pelaku bisnis maka memudahkan pelaksanaan program-program untuk mengupayakan kestabilan rupiah.
Situasi kali ini tergolong sulit karena ekonomi melambat dan neraca perdagangan mengalami defisit. Adapun beberapa cara yang mungkin diambil pemerintah dalam mengatasi pelemahan rupiah ini, antara lain :
·        Perkuat modal industri berbahan baku domestik untuk mengoptimalkan ekspor
·        Menjaga kestabilan harga makanan pokok agar kualitas hidup masyarakat terjaga
·        Meningkatkan produktivitas pertanian dan perkebunan domestik sebagai bahan konsumsi nasional
·        Menekan impor barang konsumsi
·        Meningkatkan suku bunga agar para pemilik dana menginvestasikan dananya di Indonesia
·        Mengoptimalkan penggunaan APBN untuk kesehatan dan pendidikan serta mengawasinya
·        Membuat peraturan untuk menggunakan mata uang rupiah atas transaksi domestik
·        Tingkatkan iklan wisata untuk menarik wisatawan mancanegara
·        Membedayakan UMKM dan menyediakan pasar atas hasil produksi UMKM
 


Peranan mahasiswa dalam menjaga nilai tukar rupiah

Sebagai generasi muda yang terdidik, mahasiswa sebaiknya dijadikan sarana perantara yang menjembatani masyarakat untuk mengikuti dan mendorong pelaksanaan kebijakan tersebut.
Berikut adalah beberapa hal kecil yang dapat dilakukan mahasiswa untuk membantu menjaga nilai tukar rupiah:


1.         Ganti produk impor yang dikonsumsi dengan produk domestik, baik dalam hal makanan, pakaian, dan lain-lain
2.        Beralih mengunjungi tempat-tempat wisata domestik
3.       Aktif dalam membantu memberdayakan UMKM masyarakat untuk meningkatkan volume produksi domestik
4.       Beinovasi untuk menyumbangkan produk yang dapat di ekspor
5.      Menghemat sumber daya (BBM, listrik, air dll) untuk dialokasikan ke sektor industri supaya dapat meningkatkan prodiktivitas produk
6.       Mengurangi transaksi dengan mata uang asing
 


Sedikit cara untuk membiasakan diri dari hal kecil agar dapat bermanfaat bagi orang lain, sehingga generasi muda memiliki jiwa besar dan kepribadian yang baik. Jika terus ditantamkan mental yang baik, maka Indonesia akan lebih mudah mengatasi masalah-masalah kesenjangan ekonomi yang timbul. Karena para generasi muda sudah memiliki modal dalam dirinya.
Bagaimana kurs rupiah nanti?

Secara tidak langsung, setiap individu sesungguhnya mampu mengurangi dampak melemahnya nilai tukar rupiah ini. Bahkan mereka ikut andil meningkatkan kesejahteraan bangsa. Pada dasarnya, masalah melemahnya nilai tukar rupiah adalah masalah bersama (negara). Jadi bukan hanya peran pemerintah yang dituntut mengatasi atau bukan hanya pemerintah yang disalahkan. Negara ini bisa memperbaiki dari elemen terkecil, yaitu tiap warga negara. Dengan demikian, semua elemen negara baik rakyat maupun partisi adalah pihak-pihak yang berkepentingan menjaga dan mendapatkan keuntungan dari stabilnya nilai rupiah. Jika kesadaran tersebut sudah tercipta dan tertananm kuat, maka Indonesia akan mudah berkompetisi dalam segala aspek dengan negara lain.



Created by:
Anisa Intan Damayanti
1EB27/21214286 

Source:
http://www.bps.go.id/aboutus.php?pubs=47&pub=1
http://pasarmodal.inilah.com/read/detail/2163415/ulah-bank-central-as-bikin-rupiah-melorot-tajam#.VJRg4lJZKQ
http://www.beritasatu.com/pasar-modal/233324-pasar-menunggu-hasil-rapat-the-fed.html
http://www.antaranews.com/ekonomi/bursa/2
http://www.bi.go.id/id/moneter/informasi-kurs/Contents/Default.aspx
http://www.bps.go.id/int/index.php/site/search?cari=inflasi&Submit=Cari
http://ilmuiesp.blogspot.com/2013/07/faktor-mempengaruhi-nilai-kurs.html
 



2 comments:

  1. "Hi!..
    Greetings everyone, my name Angel of Jakarta. during my
    visiting this website, I found a lot of useful articles, which indeed I was looking earlier. Thanks admin, and everything."
    Aktual

    ReplyDelete
  2. thanks for your information :)
    izin share ya kak.

    ReplyDelete