Monday, 23 March 2015

Mengungkap Perjalanan Ekonomi Negeri Piramida




Negeri Piramida atau Negeri Fir’aun adalah julukan bagi Republik Arab Mesir. Republik Arab Mesir biasa disebut Mesir atau lebih dikenal oleh bangsa Barat dengan nama Egypt, adalah sebuah negara  yang memerdekakan diri pada tanggal 28 Februari 1922 dan baru mendapat deklarasi dari Britania Raya pada 18 Juni 1953. Mesir terletak di Afrika timur laut dan barat daya Asia. Sebelah utara dibatasi oleh Laut Mediterania, di sebelah timur dibatasi oleh Israel dan Laut Merah, di selatan dibatasi dengan Sudan, dan di sebelah barat dibatasi oleh Libya. Negara ini memiliki panjang maksimum dari utara ke selatan sekitar 1.085 km  dan lebar maksimum sekitar 1.255 km (sekitar 780 mil) serta memiliki total luas sekitar 1.001.450 km2. Tanah Sungai Nil Mesir adalah tempat lahir salah satu peradaban kuno terbesar di dunia dan memiliki sejarah yang direkam mulai dari 3200 SM.







Titik awal sejarah baru ekonomi Mesir adalah berkat dibukanya Terusan Suez oleh Ferdinand de Lessep, pada 17 November 1869. Terusan Suez bertujuan untuk menghubungan dan memperlancar pelayaran Eropa-Afrika-Asia di laut Tengah dan laut Merah. Namun, Pada 1863-1878 pemerintah Mesir mengalami kemerosotan dalam bidang ekonomi, sehingga mendorong Mesir untuk menjual saham Terusan Suez kepada Inggris pada tahun 1875. Dengan dijualnya saham Terusan Suez kepada Inggris, bukan berarti utang-utangnya terhadap negara lain jadi habis. Sementara bagi Bangsa Arab dan Asia dengan dibukanya terusan Suez berarti musibah, karena Expansi dari bangsa barat akan mengalir dengan begitu  hebatnya.

Dalam era Mohammad Ali, lembaga keuangan pemerintahan Mesir sendiri sudah mulai dicampuri oleh tangan-tangan Eropa khususnya Inggris dan Perancis, dalam membuat dan melaksanakan kebijakan bertujuan untuk melayani kepentingan pendudukan asing dan aliansinya.  Oleh karena itu, pada masa ini pemerintahan dibagi ke dalam departemen yang berbeda dan menciptakan biro termasuk Keuangan. Menurut Mohammad Ali, kekuasaan negara terletak pada anggarannya, dan di masa itu dibuktikan dengan pembuatan sistem perencanaan anggaran negara yang pertama. Selanjutnya dalam era Khedive Ismail, Kementerian Keuangan dipimpin oleh Ismail Siddiq, yang dikenal sebagai, Ismail El-Mufatish (Inspektur) dari 1868 hingga 1876. Saat ini, istananya di Lapangan Lazoughli telah menjadi markas Kementerian Keuangan Republik Arab Mesir.


Revolusi Mesir

Revolusi 23 Juli 1952 itu diawali dengan kudeta militer yang diprakarsai oleh beberapa perwira muda Angatan Darat pimpinan Letnan Kolonel Gamal Abdul Nasser. Para perwira muda yang menamakan dirinya “Gerakan Perwira Bebas” itu berupaya menumbangkan Raja Farouk dan menghapus konstitusi monarki untuk mengubah bentuk negara kerajaan menjadi republik. Keberhasilan revolusi Mesir tersebut menyumbangkan inspirasi bagi sejumlah negara Asia dan Afrika untuk melakukan gerakan serupa untuk menumbangkan apa yang disebut sebagai rezim korup.

Setelah Revolusi Mesir pada Juli 1952, maka Mesir terus melakukan pembenahan terhadap sistem pemerintahan dan tak luput pula sistem perekonomiannya. Berlakunya serangkaian Undang-Undang yang dimulai pada tahun 1961, cepat disosialisasikan dengan perekonomian Mesir. Perdagangan luar negeri, perdagangan grosir, perbankan, asuransi, dan sebagian besar Perusahaan manufaktur diambil alih oleh Pemerintah. Meskipun pertanian, real estate perkotaan, dan beberapa masalah manufaktur tetap di tangan swasta, peraturan ketat diberlakukan. Rencana Pembangunan Ekonomi diperkenalkan pada tahun 1960 membawa ekspansi besar industri dan peningkatan produksi selama lima tahun berikutnya. Rencana itu digantikan pada tahun 1965 oleh Rencana Tujuh Tahun, tapi kurang berhasil dikarenakan investasi asing hanya mencukupi sebagian ekspansi. Selanjutnya, Rencana Tiga Tahun yang relatif sederhana diperkenalkan pada tahun 1967. Namun, kerugian yang diderita selama Perang Arab-Israel Juni 1967 dan dislokasi ekonomi secara umum, menjadi masalah serius dalam pembangunan sosial dan ekonomi sesudahnya.  

Penyakit ekonomi Mesir adalah alasan utama bagi upaya perdamaian dari akhir 1970-an, karena Mesir tidak mampu perang lagi. Meskipun ekonomi tumbuh pesat selama akhir 1970-an dan awal 1980-an, akan tetapi jatuhnya harga minyak dunia pada pertengahan 1980-an yang diikuti oleh krisis Teluk Persia tahun 1990, meninggalkan Mesir dalam kesulitan keuangan yang sulit.

Pada awal 1990-an Mesir mulai menempatkan ke tempat reformasi ekonomi yang direkomendasikan oleh IMF dan Bank Dunia, yaitu mengontrol pergerakan harga, mengurangi subsidi, dan liberalisasi perdagangan dan investasi. Kota Kairo sebagai pusat produksi dan ekspor tekstil dan gula halus dan untuk barang-barang manufaktur dari kapas, rami, dan tebu. Selain itu, Kairo juga pusat transshipment perdagangan darat dari India dan Afrika ke Eropa. Disamping itu, Kota Alexandria adalah pusat industri utama yang mencakup dua kilang minyak besar; kimia, semen, dan logam tanaman; pabrik tekstil; dan operasi pengolahan makanan. Alexandria juga pelabuhan yang paling penting di negara ini untuk ekspor dan impor.


Perekonomian Mesir saat ini

Landasan ekonomi Republik Arab Mesir adalah Sistem Demokrasi Sosialis berdasarkan kecukupan dan keadilan, dengan cara mencegah eksploitasi, mempersempit kesenjangan pendapatan, melindungi pendapatan yang sah dan menjamin keadilan dalam pembagian tanggung jawab publik dan pengeluaran barang. 

Mesir telah mengalami periode perubahan yang dramatis. Peristiwa penting Januari 2011 bukan hanya mengantar ke dalam periode harapan besar tetapi juga tantangan besar. Transisi politik memasuki babak baru dengan perubahan pemerintahan pada bulan Juli 2013. Hal ini diikuti oleh persetujuan konstitusi baru pada bulan Januari 2014 dan pemilihan presiden baru pada bulan Mei. Proses politik masih terus terjadi di Mesir. Pemilihan parlemen yang dijadwalkan pada bulan Maret-April 2015 berdampak pada ketegangan ekonomi, politik dan sosial. Empat tahun terakhir ketidakstabilan politik telah mengambil kepercayaan diri kegiatan ekonomi, investasi, dan pariwisata. Penghasilan pendapatan fiskal dan valuta asing jatuh saat pengeluaran meningkat tajam, menyebabkan inflasi yang terus-menerus, defisit anggaran yang besar, ketidakseimbangan eksternal yang cukup besar, dan kehilangan cadangan keuangan.

Dalam survei bisnis Bank Dunia tahun 2015, Mesir peringkat 112 dari 189 negara survei. Hal ini mencerminkan pita yang cukup merah, peraturan rumit, dan lemahnya penegakan kontrak dengan investor minoritas. Selain itu, Indeks Daya Saing Global Mesir hanya peringkat 119 dari 144 negara di Forum Ekonomi Dunia 2014-15, penyebabnya antara lain lingkungan makro ekonomi yang memburuk dan angka kemiskinan pada; efisiensi tenaga kerja dan pasar barang, pengembangan pasar keuangan, dan pendidikan.



Agenda reformasi ekonomi Mesir nampaknya menjadi rencana yang panjang. Kebijakan Pemerintah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja fokus pada mengejar reformasi struktural, mempromosikan investasi, dan melindungi masyarakat miskin. Pemerintah Mesir berusaha untuk memulihkan stabilitas makro ekonomi melalui penyesuaian fiskal, didukung oleh kebijakan moneter yang ketat untuk menahan inflasi. Tindakan yang dilaksanakan sejauh ini dengan beberapa pemulihan kepercayaan, mulai menghasilkan perubahan haluan. Tetapi keberhasilan pemerintah dalam mencapai tujuan mereka tergantung pada usaha mereka yang stabil, kesediaan untuk mengambil tindakan tambahan bila diperlukan, dan bantuan dari pihak luar.


Created by :
Anisa Intan Damayanti
21214286/ 1EB27

Referensi:
Suwito, T. 2009. Sejarah : Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MA) Kelas XI. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 368.

Sunday, 25 January 2015

DAMPAK FLUKTUASI HARGA BBM BAGI PELAKU BISNIS


Masih dengan topik yang belum lama saya bahas juga dalam blog ini. Isu “BBM “ tentunya tidak akan adanya habisnya jika diperbincangkan, karena BBM merupakan salah satu organ penting dalam dunia bisnis. Tidak pernah dipungkiri, jika segala sektor bisnis bersinggungan dengan organ yang satu ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dimanapun dan bagaimanapun BBM melekat dalam setiap produk/jasa yang dibuat para pembisnis dalam melayani kebutuhan masyarakat.

Baru-baru ini dilansir oleh beberapa media massa di Indonesia terkait Pemerintahan Ir.Jokowi-JK yang memutuskan untuk melepaskan harga BBM kepada mekanisme pasar dan mencabut subsidinya. Ini berarti bahwa harga BBM akan berfluktuasi yaitu naik dan turun sesuai dengan harga minyak dunia. Dampaknya akan sangat luas terhadap para pelaku ekonomi.

Dalam artikel kali ini, saya akan berbagi sedikit analisis sederhana dampaknya fluktuasi harga BBM bagi jenis UMKM dan Perusahaan besar. UMKM yang saya maksudkan adalah pedagang makanan kecil, seperti penjual keliling, katering kecil, home industri kue kering dan sebagainya. Perusahaan besar yang saya gambarkan adalah manufaktur makanan instan kemasan.

Melihat dari jenis usaha UMKMnya, komponen utama pembuatan makanan tersebut adalah :
Bahan baku, bahan pembantu serta biaya overhead. Amat disayangkan, umumnya UMKM di Indonesia masih belum memasukan komponen biaya tenaga kerja/ upah yang mengerjakan. Hal ini yang bisa membuat pedagang seakan-akan untung padahal merugi, sebab waktu kerjanya tidak dihitung. PR bagi pemerintah untuk lebih mengajarkan sistem pembukuan/akuntansi bagi para UMKM, jadi bukan hanya disediakan modal tetapi diajarkan pula cara mengelola operasional, pemasaran dan keuangannya.

Kaitannya dengan BBM yang berfluktuasi adalah pada saat pembelian bahan pembuat makanan. Faktanya meskipun BBM non subsidi turun, tidak menyebabkan  harga-harga di pasaran turun. Inilah yang menjadi kendala bagi pelaku bisnis. Apalagi jika konsumen mengaikatkan BBM turun tetapi  harga makanannya tidak turun, atau porsinya tidak ditambahkan. Secara tidak langsung, pembicaraan ketidakpuasan konsumen akan berdampak bagi pemasukan si penjual. Seperti pada artikel saya sebelumnya, bahwa goodwill (dalam kasus ini pencitraan si penjual baik dalam segi produk maupun pelayanan) akan mempengaruhi besaran pendapatan yang akan dicapai.

Sama halnya bagi jenis Perusahaan besar, BBM yang berfluktuasi bagi industri manufaktur, jasa dan dagang dalam skala besar, akan mempengaruhi naik turunnya cost dalam pembeban HPP sebuah produk atau jasa. Dalam perusahaan besar, sistem akuntansinya pun  jelas sehingga besarnya selisih kenaikan akan jelas terlihat dalam laporan keuangan bulanan.

Yang menjadi masalah adalah penentuan harga pokok penjualan ke konsumen. Jika biasanya menggunakan margin tunggal, misalnya 5% dari HPP maka bisa jadi saat BBM naik, produk tersebut dijual dalam keadaan rugi. Jika turun berarti produsen selamat karena ada selisih lebih dalam marginnya.

Karena tidak mungkin harga BBM berfluktuasi, maka harga produk juga harus berfluktuasi. Semisal, harga BBM turun Rp1000 maka harga mie instan turun Rp100 atau harga BBM naik Rp2000 maka harga mie instan turun Rp200. Apalagi harga BBM akan berfluktuasi per 2 minggu. Oleh sebab itu, Perusahaan dapat menggunakan metode range margin (misalnya 5% - 8%). Dikondisikan sesuai dengan  harga BBM yang akan terjadi. Jika BBM naik diturunkan, dan jika BBM turun bisa dinaikan. Hal ini meminimalaisir kenaikan harga produk domestik sekaligus menjadi titik aman margin bagi Perusahaan.


Created by:
Anisa Intan Damayanti
1EB27
21214286

Saturday, 24 January 2015

Kendala Perusahaan Logistik di Musim Penghujan


Lingkungan adalah satu elemen yang berpengaruh dalam setiap entitas bisnis. Tidak dapat dipungkiri apabila keadaaan suatu lingkungan akan berpengaruh bagi pergerakan bisnis entitas baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam konteks kali ini saya menjabarkan lingkungan dalam hal “keadaan alam”.

Kita ketahui bahwa awal tahun adalah puncaknya musin hujan di daerah iklim tropis. Saat ini di ibukota negara Indonesia banyak sekali ruas-ruas jalan utama yang tergenang oleh air. Sangat disayangkan, keadaan lingkungan yang seperti ini akan menghambat jalannya proses pendistribusian produk/jasa kebutuhan masyarakat.

Di artikel kali ini, saya akan sedikit mengulas hambatan proses pendistrisbusian saat keadaan alam yang tidak bersahabat jenis usaha ekspedisi barang(logistik).

Jenis usaha logistik adalah sebuah entitas bisnis yang kegiatan usahanya melakukan pelayanan/jasa pengiriman barang dari suatu lokasi untuk dipindahkan ke lokasi lain. Terbagi dalam tiga tipe, yaitu logistik darat, logistik laut dan logistik udara. Di Indonesia kebutuhan jasa logistik ini terbilang cukup besar, dari sebuah pabrik tentunya membutuhkan pendistribusian produknya ke semua penjuru negeri. Hal tersebut menjadikan jenis usaha logistik terus berkembang, bahkan saat ini kebutuhan logistik juga banyak dalam skala kecil, misalnya pengirirman produk yang dibeli dari toko online.

Logistik jalur darat
Logistik jalur darat umumnya didominasi oleh kontainer besar, namun ada juga truk, sepeda motor, bahkan sepeda biasa juga ada. Apabila cuaca tidak bersahabat, akan menjadi penghambat kegiatan usaha ini. Hambatannya yaitu membutuhkan waktu yang lebih lama saat intensitas hujan tinggi, karena pengendara harus berhati-hati melewati ruas jalan yang licin. Bahkan jika menemui lokasi banjir, harus  yang memutar rute  melewati rute yang lebih jauh, otomatis akan memakan waktu dan bahan bakar lebih banyak.

Contoh kasus.
Kontainer A memindahkan barang produksi dari lokasi X ke lokasi Y melalui jalur 1 sejauh 200KM dalam waktu 3jam, dan bahan bakar yang dibutuhkan sekali jalan Rp1.000.000. Karena banjir di 100KM jalur 1, maka kontainer A harus berputar melewati jalur B yang jaraknya sejauh 450KM dari lokasi banjir ke lokasi Y.

Analisis
Perhitungan saat banjir :
waktu = 450/200x3jam = 6jam 15 menit
bahan bakar = 450/200xRp1.000.000 =Rp2.250.000 +Rp500.000 (sudah terpakai 100KM ke jalur 1) =Rp2.750.000

Saat normal, dikeluarkan biaya Rp 1.000.000 dengan waktu 3 jam untuk mengantar barang ke lokasi Y. Saat banjir, dibutuhkan biaya Rp2.750.000 dengan waktu 6jam 15 menit. Perusahaan merugi karena selisih biaya bahan bakar Rp1.750.000 dan waktu 3 jam 15 menit. Jika dalam 1 hari kontainer A harus bolak balik 4kali sedangkan saat banjir hanya dapat 2kali pengiriman (24jam/(3jamx2)= 4kali, 24jam/(6jamx2)=2kali), maka Perusahaan akan mengalami penurunan pendapatan.



Logistik jalur laut
Logistik jalur laut menggunakan kapal sebagai kendaraan pengirimannya. Musim hujan di laut justru lebih ekstrim. Seringkali terjadi badai ditengah laut yang dapat menambah waktu tempuh pengiriman bahkan bisa saja bisa menjadikan kapal tersebut tenggelam dan hilang. Perusahaan akan rugi besar jika terjadi kehilangan barang kirimannya. Jika cuaca tidak baik, bahkan kapal-kapal sengaja tidak diberangkatkan, menunggu sampai cuaca membaik.

Contoh kasus
Kapal A mengirim barang dari pulau J ke pulau K sebanyak 10.000 ton produk “M” selama 4 hari dengan bahan bakar sebesar Rp20.000.000. Saat curah hujan tinggi, kapal A tetap memutuskan melaut tetapi mengurangi jumlah muatan menjadi 7.000 ton dan waktu temput menjadi 7 hari karena dikhawatirkan badai akan terjadi di engah perjalanan.

Analisis
Biaya bahan bakar saat curah hujan tinggi = 7/4xRp20.000.000 = Rp35.000.000.
Pembebanan biaya bahan bakar per 1 ton produk saat curah hujan tinggi
Rp35.000.000/7.000ton = Rp5.000
Pembebanan biaya bakar per 1 ton produk saat cuaca normal
Rp20.000.000/10.000 = Rp2.000
Penggunaan kapal
Normal = 30/(4x2)=3 kali dalam 1 bulan
Curah hujan tinggi = 30/(7x2)=2 kali dalam satu bulan

Saat cuaca normal Perusahaan membuthkan biaya bahan bakar Rp20.000.000 dengan waktu 4 hari untuk mengantar 10.000 ton produk dari Pulau P ke Pulau J. Sedangakan saat curah hujan tingi Kapal A membutuhkan biaya bahan bakar Rp.35.000.000 dengan waktu 7 hari untuk mengantar 7.000 ton produk dari Pulau P ke Pulau J. Perusahaan akan mengalami penurunan omset karena saat curah hujan tinggi kapal hanya dapat melakukan pengirim 2 kali dalam satu bulan sedangkan saat cuaca normal 3 kali dalam sebulan. Pembebanan biaya bahan bakar per poduk pun naik Rp3.000 dari Rp2.000 saat cuaca normal menjadi Rp5.000 saat curah hujan tinggi.


Logistik jalur udara
Logistik jalur udara menggunakan pesawat sebagai kendaraan pengirimannya. Sama halnya dengan logidtik jalur laut, musim hujan juga ekstrim di udara. Seringkali terjadi badai dan banyaknya melewati awan hitam beresiko besar dalam pengiriman jalur udara. Sehingga pengiriman sengaja diundur sampai cuaca membaik.

Contoh kasus
Pesawat A mengirim barang dari bandara S ke bandara U selama 3jam dengan biaya bahan bakar sebesar Rp200.000.000. Namun karena cuaca buruk dan hujan tinggi maka waktu pengiriman diundur selama 8jam sampai badai dijalur pengiriman hilang dan cuaca membaik.

Analisis
Penggunaan pesawat dalam 1 hari
Cuaca normal = 24/(3x2) = 4 kali
Curah hujan tinggi = (24-8)/(3x2)= 2 kali
Dalam kasus kali ini kerugian yang diderita adalah pengurangan omset Perusahaan, sebab jika saat cuaca baik pesawat A dapat 4 kali pengiriman namun saat cuaca burk hanya dapat 2 kali. Misalnya saja dalam satu kali pengiriman Perusahaan mendapat bayaran Rp1.000.000.000, maka dihari itu Perusahaan kekurangan omset Rp2.000.000.000 akibat cuaca buruk.



Contoh diatas adalah analisis singkat kerugian Perusahaan logistik yang terjadi akibat cuaca yang kurang bersahabat di musim hujan. Jika jalur udara dan laut sudah pasti pencegahannya dan upaya penanggulannya sulit. Mau dibuang kemana lagi badai dan awan mendungnya? Tahun lalu saja, pemerintah membuang awan mendung ke Samudra Hindia agar tidak ditumpahkan di daerah Jakarta Utara.

Cuaca adalah keadaaan alam yang sulit dihindari oleh manusia. Namun, untuk jalur darat masih bisa ditanggulangi. Banjir merupakan masalah yang serius terjadi tiap tahun di Jakarta. Seharusnya pemerintah lebih berusaha ekstra menanggulangi masalah ini. Sebab banjir yang terus-menerus membuat perekonomian menjadi lumpuh. Yang saya contohkan baru dalam satu jenis usaha, belum termasuk jenis usaha lainnya. Bayangkan saja berapa kerugian para pelaku bisnis di Indonesia karena banjir tiap tahunnya? Lalu bagaimana investor mau menanamkan modalnya di Indonesia? Dan bagaimana kacamata penilaian negara lain atas ekonomi kita, yang kalah karena ibukotanya kebanjiran?
Saya simpulkan bahwa untuk masalah yang satu ini masih dalam proses penanggulangan yang entah kapan akan terselesaikan sedangkan MEA 2015 sudah berjalan.  


Created by :
Anisa Intan Damyanti
1 EB 27
21214286